Budaya Malu Orang Jepang Membuat Orangnya Sangat Disiplin

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Sebagai negara maju, Jepang tetap mengikuti nilai-nilai yang diajarkan dari generasi ke generasi. Salah satu nilai yang paling terkenal adalah budaya malu orang Jepang. Beberapa hal dianggap memalukan ketika orang Jepang melakukannya. Dari hal-hal umum menjadi hal-hal yang mungkin bagi orang awam adalah biasa saja.

Budaya malu orang Jepang sangat berbeda dengan rasa malu pada umumnya. Hal-hal yang dianggap memalukan di Jepang biasanya berkaitan dengan tanggung jawab dan dedikasi. Lantas seperti apa sebenarnya dan bagaimana budaya malu ini muncul di Jepang? Artikel ini membahasnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Asal Muasal Budaya Malu Jepang

Jepang banyak menyerap ajaran filsafat kuno Konfusianisme. Pengajar-pengajar Jepang menyerap ajaran yang berasal dari China tersebut sejak ratusan tahun yang lalu. Ditengarai ajaran ini telah merambah mulai dari zaman Edo sekitar tahun 1600-1867 yang disebut sebagai Baigan Ishido.

Ajarannya Baigan Ishido ini meresap ke setiap inti kehidupan masyarakat Jepang. Rinri atau tata krama orang Jepang akarnya berasal dari ajaran Konfusianisme yang diadaptasi dari China. Rinri ini tercermin dari bagaimana cara orang Jepang berbisnis, bekerja menghidupi keluarga, serta ketika melakukan pelayanan publik. Semuanya harus mengedepankan pertanggungjawaban sosial.

Budaya malu Jepang ditengarai berasal dari ajaran ini yang juga mencakup soal menghargai orang lain dan rasa malu. Semua interaksi bisnis atau kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang harus mencerminkan rinri. Bagi mereka yang tidak memiliki rasa malu dalam berkegiatan bisnis atau keseharian, akan dianggap sebagai orang dengan kualitas minimum.

Semakin ke sini, budaya malu Jepang tidak bergeser ataupun berkurang. Hal-hal yang berkaitan dengan integritas, tata krama, loyalitas, kinerja, dedikasi, dan produktivitas erat kaitannya dengan rasa malu. Seseorang yang gagal atau tidak bisa mencapai apa yang sudah ditargetkan, maka akan didera rasa malu yang luar biasa. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga keluarga dan tempatnya bekerja.

Antara Tanggung Jawab dan Malu

Perbuatan-perbuatan yang mendatangkan malu bagi orang Jepang adalah yang erat kaitannya dengan tanggung jawab. Contoh sederhananya adalah siswa sekolah yang juga bertanggung jawab terhadap kebersihan sekolah. Di Indonesia, kebersihan sekolah biasanya dibebankan secara penuh kepada petugas kebersihan. Namun di Jepang, semua orang yang ada di sekolah bertanggung jawab atas kebersihan sekolah.

Memang hal seperti di atas itu umum dilakukan, namun yang membedakan adalah pola didik masyarakat Jepang. Sejak dini, baik di rumah atau di sekolah, mereka diajarkan bagaimana bertanggung jawab terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan publik. Di tempat kerja, karyawan yang tidak dapat memenuhi target kerjanya atau datang terlambat otomatis merasa malu akan tindakannya.

Maka, jarang sekali ditemui karyawan yang malas-malasan di Jepang. Salah satu poin penting dari etos kerja bangsa Jepang menurut Nanoha (2005) Idrus Affandi adalah pentingnya rasa malu. Apapun pekerjaannya, tanggung jawabnya bukan hanya pada perusahaan namun juga masyarakat, keluarga dan diri sendiri.

Contoh lain dari hubungan antara tanggung jawab dan malu bagi orang Jepang adalah pada event Asian Games 2018 lalu di Indonesia. Empat atlet tim basket Jepang kedapatan membayar jasa PSK setelah keluar dari restoran Jepang. Bahkan, keempatnya masih masih memakai seragam tim. Hal ini langsung menjadi pemberitaan di media Jepang dan keempatnya kemudian dipulangkan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *