Datang dan Perginya Seorang Wali

Datang dan Perginya Seorang Wali
ilustrasi: Wali Allah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Badrul Munir Chair, Dosen Filsafat Islam di UIN Walisongo Semarang.

Hajinews.id – Masjid di pesantren kecil kami itu mendadak disesaki ratusan santri ketika matahari mulai terbenam. Tepat ketika suara sirine panjang dari masjid—tanda bahwa hari telah memasuki waktu maghrib—berbunyi, kabar duka itu tersiar melalui speaker masjid, terdengar ke seluruh sudut perkampungan di sekitar pesantren, mengundang belasungkawa dan perasaan kehilangan orang-orang yang pernah mengenalnya. Lahir seorang wali dan tenggelam beratus ribu, bisik salah seorang Ustadz kami, menyiratkan bahwa keberadaan lelaki tua yang kini sudah meninggal dunia itu akan sulit tergantikan. Lelaki tua yang akhir-akhir ini kerap menjadi bahan perbincangan para santri itu kini telah berpulang, mengembuskan nafas terakhirnya di masjid yang selama dua bulan belakangan ini telah menjadi tempat tinggalnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ketika matahari benar-benar tenggelam dan kegelapan mulai menyelimuti pesantren kami, ratusan santri dan kerumunan pelayat dari sekitar pesantren semakin memenuhi lingkungan masjid. Selepas maghrib, kalimat tahlil dan lantunan doa-doa terus berkumandang tak putus-putus dari bibir para pentakziah.

Tidak ada yang mengira bahwa lelaki yang semula kami anggap orang gila itu akan meninggal di pesantren kami. Sore tadi, lelaki tua itu masih sempat mengumandangkan azan Ashar sebagaimana hari-hari sebelumnya. Namun menjelang maghrib, tartil yang biasa ia lantunkan sesaat sebelum maghrib tidak terdengar, cukup aneh mengingat selama dua bulan terakhir lelaki tua itu selalu melantunkan tartil dan mengumandangkan azan tepat waktu. Pertanyaan kami pun akhirnya terjawab, tepat ketika azan maghrib mulai terdengar dari masjid-masjid lain di sekitar pesantren, yang terdengar dari speaker masjid pesantren kami justru bukan kumandang azan, melainkan berita duka yang mengabarkan bahwa lelaki tua itu telah meninggal dunia.

Tiba-tiba kami dilanda perasaan kehilangan. Lelaki tua itu, dalam waktu yang tergolong singkat, telah mampu membuka mata hati kami dan sedikit-banyak telah membawa perubahan di pesantren kecil ini. Semenjak ia pertama kali datang ke masjid pesantren sekitar dua bulan lalu, begitu banyak hikmah kehidupan yang dapat kami petik, terutama melalui tingkah-polahnya yang ganjil dan sulit dimengerti oleh santri awam seperti kami.

Masjid pesantren kami barangkali adalah tempat tinggal yang nyaman bagi lelaki tua itu. Semenjak kedatangannya yang secara tiba-tiba dua bulan silam, ia begitu betah berdiam diri di dalam masjid, menghabiskan hampir seluruh waktunya di lingkungan masjid. Semula, kami mengira bahwa lelaki tua itu merupakan peziarah atau musyafir yang sedang mencari berkah di pesantren kami. Pesantren kami memang sering dikunjungi oleh para musyafir dan para peziarah. Meski pesantren kami terbilang kecil, namun pendiri pesantren ini merupakan seorang Ulama’ kharismatik yang jasadnya dikuburkan di komplek pesantren, sehingga wajar jika banyak peziarah atau musyafir yang datang ke pesantren kami.

Namun berbeda dengan kebanyakan musyafir atau peziarah yang berkunjung ke pesantren kami, tingkah laku lelaki tua itu tergolong ganjil, sehingga wajar jika sebagian besar santri menganggap lelaki tua itu gila.

Bagaimana tidak? Ia—lelaki tua yang hingga hari kematiannya tidak kami ketahui nama dan asal-usulnya secara pasti itu—seringkali bertingkah aneh. Pada hari kedatangannya, ia sudah membuat keributan kecil ketika berebut microphone masjid yang akan digunakan untuk mengumandangkan azan Zuhur. Muadzin yang mendapat giliran tugas azan pada hari itu sontak kesal sebab ketika ia sudah bersiap untuk mengumandangkan azan, lelaki tua itu serta-merta merebut microphone dari tangan sang muadzin. Perdebatan kecil antara sang muadzin masjid pesantren dengan lelaki tua yang sedang berebut microphone itu dapat didengar oleh seisi pesantren sebab ketika mereka sedang berdebat, microphone masjid dalam keadaan sedang menyala. Perdebatan yang kami dengar melalui speaker masjid itu sontak membuat kami tertawa di ruang kelas madrasah.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *