Keadaan akan lebih mudah kalau PDI-P banting harga, yaitu Puan tidak lagi dijual sebagai bakal cawapres maupun bacapres. Namun, ini tak akan dilakukan PDIP — kecuali dalam kondisi sangat memaksa — karena pamor Mega sebagai pemimpin partai terbesar akan redup.
Alhasil, dalam keruwetan parpol-parpol membangun koalisi, kubu KPP lebih menguntungkan. Itu sebabnya, Jokowi masih terus berjuang untuk menyingkirkan Anies dari arena pilpres melalui dua jalur.
Pertama, menekan KPK untuk segera menjadikan Anies tersangka dalam isu Formula-E. Untuk itu, Ketua KPK Firli Bahuri menyingkirkan tiga komisioner KPK yang menolak status Formula-E dinaikkan ke level penyidikan karena ketiadaan bukti yang cukup.
Jalur ini nampaknya akan gagal karena Direktur Penyelidikan KPK Brigjen Endar Priantoro yang dipecat Firli Bukan hanya melakukan perlawanan, tapi perlawanan juga dtg dari Kapolri dan publik.
Kedua, mendorong kembali Kepala Staf Presiden Moeldoko untuk melakukan PK di MA terkait keabsahan kepengurusan Partai Demokrat saat ini. Tujuannya membegal Demokrat. Kalau berhasil, KPP diharapkan akan buyar karena Nasdem dan PKS saja tidak dapat mengusung capres-cawapres.
Sblmnya, sudah 16 kali upaya Moeldoko gagal. Kini ia maju lagi dengan novum (bukti) yang sama, yang telah ditolak MA sebelumnya. Kemenkumham juga masih mengakui keabsahan Demokrat di bwh AHY. Dus, kalau sampai kali ini Moeldoko berhasil, ini akan menciptakan skandal hukum yang berpotensi mengganggu pilpres dan stabilitas politik negara. Dus, mestinya peluang menang Moeldoko kecil.
Apapun, saat ini PDI-P menemukan diri dalam kondisi yang tidak menguntungkan. kalaupun upaya Firli ataupun Moeldoko berhasil, peluang Puan menjadii bakal capres ataupun cawapres tetapi kecil karena Nasdem akan bergabung dengan KIB mengusung Airlangga atau bahkan Ganjar. Sedangkan PKS akan bergabung dengan koalisi Gerindra-PKB yang mengusung Prabowo-Muhaimin.
Dengan begitu, PDIP sebagai partai terbesar di negeri ini tiba-tiba menjadi parpol “kecil” karena salah membaca dinamika politik nasional, salah menilai Jokowi, salah menilai dirinya sendiri, dan punya ambisi yang tidak realistis terkait kehendaknya menjadikan Puan sebagai bakal capres maupun cawapres.
Tangsel, 6 April 2023