Tantangan Anies Baswedan Sebagai Pemimpin Peradaban

Anies Baswedan Sebagai Pemimpin Peradaban
Anies Baswedan Sebagai Pemimpin Peradaban
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Yusuf Blegur

Hajinews.id – Meskipun intim dengan pelbagai isu, intrik dan fitnah yang menyerangnya. Anies Baswedan tetap memuliakan akhlak. Bahkan betapapun kini dengan upaya kriminalisasi oleh rezim kekuasaan. Capres yang didukung rakyat itu mampu menjadikan penderitaannya sebagai kekuatannya. Terutama saat bersiap menghadapi transisi pemerintahan sebagai pemimpin peradaban.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Republik Indonesia kini tak sebesar nama dan kesannya. Kisah-kisah patriotisme dan nasionalisme yang pernah menyelimutinya semakin pudar dimakan zaman. Sejarah dan empiris perjuangannya, cukup hanya bisa dikenang, kehebatannya tak berlanjut dan masa kelamnya justru terus berulang. Pemberontakan demi pemberontakan, penghianatan demi penghianatan dan kedzoliman demi kedzoliman terus berlangsung tiada henti. Bumi nusantara penuh sesak oleh manusia ambigu seperti keledai-keledai dungu, layaknya penegasan kata pepatah.

Dua periode kepemimpinan nasional terakhir terus membawa negara ke jurang kehancuran. Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan dan keamanan mengalami degradasi dan keterpurukan yang dalam. NKRI yang mengusung Panca Sila dan UUD 1945 semakin tak dihargai oleh bangsanya sendiri, seiring itu terus direndahkan dan dilecehkan oleh bangsa asing. Saat Bung Karno pernah mengatakan ada negara yang menjadi korban eksploitasi manusia atas manusia dan eksploitasi bangsa atas bangsa. Maka sesungguhnya, Bung Karno sedang menunjuk kepada negara dan bangsanya sendiri, yang ia ikut bersusah psyah berjuang melahirkannya.

Ada beberapa catatan penting, negara Indonesia bisa dibilang tak pernah lepas dari penjajahan baik sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaannya. Setidaknya setelah hampir 78 tahun hidup di alam kemerdekaan, Indonesia tidak pernah memiliki kedaulatan yang sesungguhnya atas negerinya sendiri. Berkiblat pada kapitalisme dan komunisme global, hampir semua pemimpin formal Indonesia menjalankan republik sebagai kacung internasional. Membiarkan kekayaan alam berlimpah dan potensi sumber daya manusianya tak bisa bisa dimanfaatkan untuk mewujudkan kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Sistem dan orang telah menyatu membuat distorsi penyelenggaraan negara. Pemerintahan bukan menghasilkan negara kesejahteraan, melainkan hanya negara angkara murka penuh bencana.

Berikut ini beberapa fakta dan kondisi obyektif yang menyebabkan NKRI sulit mewujudkan Pancasila dan UUD 1945 dalam praktek keseharian berbangsa dan bernegara. Begitupun dengan pelaksanaan kehidupan keagamaan yang seharusnya mampu menghadirkan kedamaian dan kemuliaan dalam peradaban manusia khususnya di Indonesia. Agama dikucilkan, kemunafikan seolah-olah mengagumkan. Memang miris dan sangat memprihatinkan realitas negeri, seperti ulasan berikut.

1. Pengaruh sekulerisasi dan liberalisasi.

Tak pernah bisa lepas dari pergaulan internasional, Indonesia perlahan tapi pasti meninggalkan akar budayanya sendiri. Konsep pembangunan bangsa yang dipikul dan terpikul natur terabaikan. Developmentalisme angkuh meminggirkan humanisme. Cita-cita modernisasi hanya mengangkat kehidupan sekelompok manusia tertentu namun merendahkan kelompok manusia yang lainnya. Kapitalisme dan komunisme tak lebih dari sekedar penyebab terjadinya pertentangan kelas dan membunuh kesetaraan, jauh dari kebaikan dan kebenaran. Dominasi dan hegemoni paham materialistik dan anti Tuhan itu juga membuat bangsa Indonesia tercerabut dari kehidupan religi yang sejatinya menjadi fundamental jatidirinya.

2. Kegagalan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Akibat distorsi penyelenggaraan negara baik secara sistem dan person, membuat sebagian besar rakyat Indonesia menjadi manusia yang individualis, egois dan materialisik. Tidak adanya keseimbangan antara kesadaran ideal spiritual dan kesadaran rasional material, membuat banyak orang mengidolakan harta dan jabatan. Kehormatan, martabat dan harga diri tak laku, sepi peminatnya. Mencapai tujuan dengan segala cara, hanya mengembangbiakan manusia-manusia yang menjadi predator dan karnivora bagi sesamanya. Saling memangsa, memanfaatkan orang lain demi kepuasan, kebahagiaan dan keselamatannya sendiri. Tak peduli pada kemiskinan dan penderitaan orang lain.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *