Merukyat Gerhana

Merukyat Gerhana
gerhana matahari
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Prof. Dr.-Ing. Fahmi Amhar, Pengamat kebumian dan keantariksaan, Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE)

Hajinews.id – Kamis, 20 April 2023, akan terjadi gerhana matahari di atas Indonesia. Gerhana ini hibrida, di sebagian wilayah adalah total, di tempat lain cincin atau sebagian. Gerhana ini bertepatan 29 Ramadan 1444 H. Di dunia secara umum memulai Ramadan serentak Kamis 23 Maret 2023.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Gerhana ini seolah pembenaran bagi yang akan berlebaran Jum’at. Sedangkan pemerintah masih menunggu hasil rukyatul hilal Kamis sore. Ada kemungkinan lebaran Sabtu.

Penentuan awal Ramadan dan Iedul Fitri masih menjadi kontroversi. Timbul pertanyaan, apakah hari raya muslim tidak bisa dipastikan jauh-jauh hari, dan satu saja untuk semua, seperti kejadian gerhana?

Di zaman Nabi, sudah ada kalender urfi yang tetap. Bulan selang-seling 30-29. Sya’ban normalnya 29 hari, sampai turun perintah Nabi untuk rukyatul hilal. Walhasil, Sya’ban jadi sering istikmal (30 hari). Akibatnya Ramadannya sering 29 hari. Dari 9 kali Ramadan di masa Nabi, 7 kali 29 hari.

Perintah rukyatul hilal itu sekaligus indikasi, bahwa bulan lainnya tidak dirukyat. Namun pada perkembangannya, kebutuhan perencanaan, mendorong umat Islam mempelajari astronomi. Muncullah kalender hisab dengan ragam kriteria, yang dapat memunculkan perbedaan hari.

Ilmu hisab tahu bahwa rata-rata sebulan terdiri dari 29,53 hari. Maka perlu 11 tahun kabisat dalam periode 30 tahun. Tambahan hari per bulan adalah 0,03 hari untuk mencapai durasi bulan yang tepat 29,53 hari. Bukan angka bulat. Padahal hari itu harus bulat. Dalam Islam, hari dimulai dari Maghrib ke Maghrib. Akibatnya, batas hari kalender Islam, setiap bulan bergeser terhadap batas tanggal internasional.

Hisab imkan rukyat yang tersederhana adalah Ijtimak Qobla Ghurub. Jika ijtimak terjadi sebelum maghrib, maka diasumsikan hilal sudah muncul. Kriteria ini pernah digunakan Persis tahun 1990-an. Belakangan muncul Hisab Wujudul Hilal, lalu Imkanur Rukyat 238, lalu 364. Semuanya Hisab.

Persoalannya, prediksi hilal tidak sama dengan gerhana. Sekalipun Astronomi menunjukkan hilal sudah jaiz terlihat, keterlihatannya masih tergantung Baiknya pengamatan dan Cuaca. Syarat ABC.

Kalau pengamat memiliki masalah visibilitas, atau posisinya ke barat terhalang gunung, maka Hakim bisa menolak. Demikian juga bila ternyata di ufuk barat ada awan tebal, sekalipun di atas lokasi cuaca cerah.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *