Seperempat Abad Reformasi: Belajar dari Kehidupan Semut

Belajar dari Kehidupan Semut
Hafid Abbas
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Sebaliknya, Tunisia dan Libya, keadaanya semakin terpuruk setelah berdemokrasi. Yang amat tragis, Uni Soviet sebagai negara adidaya, ternyata ketika pada akhir 1980-an, pemimpinnya, Mikhail Gorbachev, merestrukturisasi negaranya melalui kebijakan glasnost (keterbukaan) dan perestroika (reformasi), hasilnya negara ini bubar dan pecah menjadi 15 keping-keping negara baru pada akhir 1991.

Sebaliknya, Bank Dunia (2022) melaporkan pula banyak negara yang maju, damai dan sejahtera tanpa berdemokrasi, seperti: Chile dengan GDP per kapita $12.700, Hong Kong ($25.200), Singapore ($28.000) dan Korea Selatan ($13.600), China ($12.732), dst.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Posisi Indonesia di mana?  Apakah kita akan tetap merawat pilihan kita di jalan demokrasi seperti ini dengan resiko Indonesia terancam bubar (Bank Dunia Indonesia Rising Dvide 2015), semakin terpecah dan dapat bubar pada 2030 seperti prediksi Prabowo Subianto (BBC, 24/03/2018), ataukah kita merenung sejenak, are we on the right track,  dengan memetik pelajaran berharga dari kehidupan semut.

Belajar dari Kehidupan Semut

Secara statistik, penduduk dunia kini sudah mencapai delapan miliar jiwa (Worldmeter, 2023). Mereka tersebar di 195 negera, dua di antaranya yang belum menjadi anggota PBB yakni Palestina dan Holy See. Dari jumlah itu, ada negara yang memilih jalan demokrasi, ada yang diktator-otoriter, dan ada pula berada di antaranya. Corak kehidupannya, mirip dengan pola kehidupan semut.

Analogi kehidupan itu, pertama kali diungkapkan oleh seorang pemenang Hadiah Nobel di bidang Biokimia asal Belgia, Ilya Prigogine, yang telah meneliti pola kehidupan semut. Dalam artikelnya “The Die is not Cast” (UNESCO, 1999) melukiskan pola dan perilaku kehidupan semut, mirip pola kehidupan manusia.

Menurut Ilya, di alam raya ini terdapat sekitar 12000 jenis spesies semut yang sudah dikenal manusia. Kemungkinan masih terdapat jumlah yang lebih besar yang belum dikenal hingga dewasa ini. Yang menarik ditelaah lebih dalam adalah pola perilaku kehidupan semut tersebut. Jika mereka hidup dalam koloni atau kelompok kecil perilakunya sangat individualistik. Mereka mencari makanan secara bebas kemudian membawa  makanan itu ke sarangnya tanpa ada aturan. Namun jika mereka hidup di koloni besar yang dapat bervariasi dari ratusan, ribuan hingga jutaan, maka mereka diatur oleh suatu sistem kontrol melalui auto catalytic reaction antarsemut yang kemudian melahirkan reaksi kimia yang berfungsi sebagai mediated exchange information yang mengatur tata kehidupannya.

Semakin besar jumlah semut dalam satu koloni maka semakin ketat mekanisme kontrolnya untuk mengatur dirinya dan distribusi makanannya. Sekiranya ada semut yang melanggar aturan dengan berperilaku semaunya maka reaksi kimia tadi akan meracuninya dan menyebabkannya menjadi buta dan kemudian dimangsa oleh semut lainnya. Begitulah rentang pola hidupnya dari corak individualistik ke pola hidup berkelompok.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *