Kisah Umar bin Khattab Saat Madinah Mengalami Bencana Paceklik

Kisah Umar bin Khattab Saat Madinah Mengalami Bencana Paceklik
Umar bin Khattab
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Dalam salah satu kajiannya, Gus Musa Muhammad menceritakan kisah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu saat terjadi bencana paceklik di Madinah.

Pada masa Umar bin Khattab memimpin umat Islam, dirayakan Amar Ramadhan atau Tahun Abu. Semua masyarakat Arab mengalami paceklik yang parah. Tidak ada hujan, pohon-pohon layu dan hewan yang tak terhitung jumlahnya mati dengan menyedihkan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tanah tempat dia berdiri hampir sehitam abu. Keputusasaan ada di mana-mana. Panglima Umar menunjukkan kepribadiannya sebagai pemimpin yang sangat bijaksana. Dia memberikan perhatian khusus pada keadaan rakyat.

Ia menunaikan tanggung jawabnya sebagai Amirul Mukminin dengan sepenuh hati. Setiap hari dia memerintahkan para pegawainya untuk menyembelih unta-unta tersebut dan kemudian membagikannya kepada semua orang dengan pengumuman.

Tak lama kemudian berbondong-bondong lah para rakyat datang untuk memakan hidangan tersebut. Semakin pedih hatinya saat melihat kejadian itu, dan rasa kecemasannya kian menjadi tebal. Dengan hati yang gentar, lidah kelunya berkata: “Ya Allah, jangan sampai umat Nabi Muhammad menemui kehancurannya di tangan ini.”

Umar tak makan daging, minyak samin, dan bahkan susu untuk perutnya sendiri. Bukan apa-apa, beliau hanya khawatir makanan untuk rakyatnya ini berkurang. Beliau hanya menyantap sedikit roti dengan minyak zaitun. Akibatnya perutnya terasa panas, lalu ia berkata kepada pembantunya: “Tolong kurangilah panas minyak itu dengan menggunakan api.”

Minyak pun dimasak, tetapi perutnya bukannya sembuh kini malah perutnya bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah seperti ini, ditabuh perutnya dengan jemari jemarinya seraya berkata:

“Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak ini, sampai para rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar.”

Pada awal musim paceklik, para penduduk Kota Madinah dapat menyimpan cadangan makanan karena taraf hidup kesejahteraannya sudah meningkat. Lain lagi dengan kaum Arab Badui pedalaman. Tak ada yang dapat mereka simpan sehingga sejak awal mereka telah berbondong-bondong ke Madinah. Mereka datang meminta bantuan Umar, yang ketika itu menjabat sebagai pimpinan tertinggi umat Islam, sekadar mencari remah-remeh yang dapat dimakan.

Lambat laun, gelombang pengungsi ke Madinah makin tak tertahankan. Bencana kelaparan mengancam penduduk kota, sementara hujan tak kunjung turun, peristiwa itu terjadi Tahun 17 Hijriyah. Dalam kondisi seperti itu, uang tidak ada lagi artinya. Tidak ada makanan yang dapat dibeli karena hasil panen pun sudah hancur total.

Umar Menggalang Bantuan

Melihat kondisi paceklik tersebut, Khalifah Umar tidak tinggal diam. Sebagai pemimpin umat Islam beliau pun turut merasakan apa yang dirasakan rakyatnya. Beliau menulis surat kepada wakil-wakilnya di Irak dan Syam untuk meminta pertolongan.

Kepada Amr bin Ash di Palestina, ia menulis: “Salam sejahtera bagi Anda. Anda melihat kami sudah akan binasa, sedang Anda dan rakyat Anda masih hidup. Kami sangat memerlukan pertolongan, sekali lagi pertolongan.”

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *