Suram! Deindustrialisasi Makin Nyata di RI, Cari Kerja Makin Sulit?

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Fenomena deindustrialisasi semakin nyata terjadi di Indonesia. Menurut Ekonom Senior Faisal Basri mengatakan, di era Kepemimpinan Jokowi pertumbuhan ekonomi cenderung jalan di tempat karena penyerapan kerja di sektor informal meningkat namun sumbangan sektor industri terhadap PDB malah mengalami penurunan.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh, tapi hanya jalan ditempat rata-ratanya hanya 5%, targetnya kan 7% pada periode pertama dan 6% pada periode kedua tapi sampai triwulan pertama ini di 5,03%. Kemudian angka pengangguran turun, namun penciptaan lapangan kerjanya makin tidak bermutu karena yang meningkat itu di sektor pekerja informal per Februari lalu datanya sudah 60% lebih” Ujar Faisal Basri dilansir dari laman CNBC Indonesia, Jumat (5/5/2023).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Faisal juga menuturkan pekerja informal biasanya tidak mendapatkan gaji yang teratur, tidak mendapatkan lembur dan cenderung kualitas rendah. Dengan porsi yang sudah mencapai 60% tentunya akan menjadi lebih rentan.

Sementara itu, sumbangan sektor industri pengolahan atau manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) semakin menurun. Tercatat hingga akhir 2022 hanya sebesar 18,34% dibandingkan pada kuartal I-2014 sebesar 21,26%.

“Padahal industri manufaktur itu penyumbang sepertiga dari penerimaan pajak. Jadi, penerimaan pajak cenderung turun, pengeluaran naik, defisit melebar, dan harus utang lebih banyak” Ungkap Faisal Basri lebih lanjut.

Pada masa pemerintahan Jokowi utang pemerintah juga nampak meningkat, terlihat dari rasio utang terhadap PDB yang meningkat dari 2014 sebesar 24,68% menjadi 39,48% di akhir 2022. Hal ini malah berbanding terbalik dengan masa pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang bisa menurunkan rasio utang menjadi 24,88% pada 2013, dibandingkan pada 2004 sebesar 56,6%.

Pertumbuhan ekonomi yang cenderung stagnan disertai penurunan kontribusi sektor manufaktur. Ditambah dengan peningkatan pekerja informal dan utang negara inilah yang dinamakan fenomena deindustrialisasi.

Deindustrialisasi terjadi bukan tanpa sebab, perkembangan teknologi menjadi salah satu alasan fenomena tersebut terjadi karena teknologi bisa mengurangi kebutuhan tenaga kerja dalam sektor manufaktur. Lihat saja, ada kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang dapat dengan mudah membantu setiap pekerjaan manusia, tanpa istirahat dalam waktu 24 jam penuh, dan biaya yang lebih murah.

Menurut laporan Precedence Research, secara global nilai pasar AI bisa meningkat dari US$ 119,78 miliar pada 2022 menjadi US$ 1,59 triliun. Angka tersebut bisa mengimplikasikan potensi Compound Annual Growth Return (CAGR) sebesar 38,1%. Artinya, kebutuhan akan teknologi akan terus meningkat tiap tahunnya.

Pandemi Covid-19 juga mempercepat deindustrialisasi semakin nyata karena adopsi internet dan teknologi menjadi lebih masif terutama ada kebiasaan bekerja atau sekolah dari rumah yang mulai sulit dipisahkan dari keseharian manusia saat ini.

Apa Saja Dampak Deindustrialisasi?

Deindustrialisasi ini bisa berdampak negatif bagi penurunan lapangan kerja terutama di sektor manufaktur karena tingkat keterampilan tenaga kerja yang turun atau malah sudah bisa digantikan oleh teknologi.

Selain itu, turunnya kontribusi sektor manufaktur ke PDB bisa berlanjut yang dampaknya bisa ke penerimaan pajak yang turun dan utang negara bisa meningkat. Diperlukan kerjasama antara pemerintah dengan sektor manufaktur di tengah masifnya perkembangan teknologi agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga positif.

Walaupun begitu, deindustrialisasi juga bisa berdampak positif karena ada peningkatan efisiensi dan produktivitas. Hal ini juga akan memaksa setiap individu untuk bekerja lebih cerdas agar mendapatkan kesempatan pekerjaan lebih baik dan gaji lebih tinggi, sehingga kualitas hidup juga diharapkan bisa meningkat.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *