Tak Percaya Survei SMRC Unggulkan Ganjar-Prabowo, Jamiluddin Ritonga: 2017 Disebut Ahok, Nyatanya Anies Menang

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga memberikan komentar terkait hasil survei dari SMRC yang menyebut 57 persen responden ingin presiden baru melanjutkan program yang sudah dijalankan pemerintahan Joko Widodo.

Dalam survei itu disebutkan hanya 33 persen responden yang tak mau program Jokowi diteruskan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Menurut Jamil, temuan itu menjadi bias, sebab lebih menguntungkan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

“Temuan itu tampaknya menguntungkan bagi Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Sebab, responden menginginkan calon presiden yang akan melanjutkan program Jokowi. Ini mengindikasikan, responden akan memilih ganjar dan Prabowo sangat besar,” kata Jamil.

Sebaliknya, lanjut Jamil, Anies Baswedan yang dipersepsi tidak akan meneruskan program Jokowi berpeluang hanya dipilih 33 persen responden.

“Hal ini mengindikasikan, lebih banyak responden yang akan memilih calon presiden yang akan meneruskan program Jokowi daripada yang tidak,” tambahnya.

Dia menilai temuan itu bisa jadi sebagai acuan untuk mendorong duet Ganjar-Prabowo maju pada Pilpres 2024. Asumsinya, bila duet ini maju, maka sebanyak 57 persen diharapkan memilihnya.

“Sementara Anies hanya dipilih 33 persen. Dengan begitu, duet Ganjar-Prabowo akan dengan mudah mengalahkan Anies,” tambahnya.

Asumsi itu berlaku bila hasil penelitian itu valid dan representatif. Valid bila hasil survei itu menggunakan instrumen yang reliabel.

Selain itu, sampelnya memang representatif dan presisi tinggi. Dengan sampel seperti itu barulah hasil survei dapat digeneralisasi.

“Informasi terkait dua hal itu memang tidak pernah disampaikan secara terbuka. Karena itu, sulit menilai hasil survei itu benar-benar valid dan temuannya dapat digeneralisasikan,” jelasnya.

“Namun berdasarkan pengalaman, banyak hasil survei yang tidak akurat. Hasil Pilkada 2017 misalnya, lembaga survei merilis hasil dengan memenangkan Ahok. Namun nyatanya yang menang Anies,” terangnya.

“Jadi, hasil survei dari beberapa lembaga survei saat ini memang sulit dipercaya. Selain hasilnya kerap tidak akurat, juga banyak lembaga survei yang menjadi “tim sukses”,” jelasnya.

“Dengan peran ganda itu, tentu hasil survei yang dirilisnya tak layak dipercaya. Hasil Survei demikian sangat bias tapi dapat membentuk pendapat umum palsu. Hal itu tentu membahayakan bagi perkembangan demokrasi di tanah air,” pungkasnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *