ANCAMAN KEHANCURAN PDI-P dan Trah Soekarno

ANCAMAN KEHANCURAN PDI-P
PDI-P
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Smith Alhadar, Penasihat Institute for Democracy Education (IDe)

Hajinews.id – Dalam perayaan ultah PDI-P ke -50 tahun lalu, Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengklaim dirinya “cantik”, “kharismatik”, dan “pintar”. Klaim ini akan diuji dalam pilpres mendatang. Tapi telah muncul indikasi yang akan membantah klaim itu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pencapresan Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng, yang disangka Mega akan mnjdi magnet bagi parpol2 lain untuk bergabung Dengan PDI-P membentuk koalisi besar ternyata jauh panggang dari api.

Sejauh ini hanya PPP yang telah yang bersedia bergabung Dengan PDI-P membentuk koalisi. Namun, parpol ini adalah cek kosong. Mayoritas konstituennya merupakan simpatisan Anies Baswedan yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Gerindra, PKB, dan Golkar telah menyatakan akan membentuk koalisi tersendiri Dengan Prabowo Subianto sebagai bacapres. Bakal cawapresnya kemungkinan besar adalah Ketum Golkar Airlangga Hartarto setelah Ketum PKB Muhaimin Iskandar memberi isayaarat tak keberatan bila Airlangga mendampingi Prabowo.

PAN memang blm menetapkan pilihan Dengan kubu mana ia akan bergabung. Namun, sebagaim PPP, PAN juga cek kosong, sehingga ke kubu mana pun ia bergabung, hal itu tak akan memberi insentif elektoral yang signifikan bagi pasangan yang didukungnya.

Sangat mungkin PAN akan bergabung Dengan koalisi yang dibangun Gerindra, Golkar, dan PKB, karena lebih menjanjikan kemenangan ketimbang koalisi PDI-P-PPP.

Fenomena ini menunjukkan Ganjar Pranowo tak laku dijual. Penyebabnya, pertama, menurut hasil survey CSIS, Anies Dengan pasangannya akan memenangkan pilpres Dengan siapa pun yang dihadapi.

Kedua, Ganjar adalah gubernur nirprestasi dan nirintegritas. Di bawah kepemimpinannya selama 9 tahun, Jateng hadir sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa.

Ketiga, kasus kekerasan di Desa Wadas dan Pegunungan Kendeng — keduanya di Jateng — memperlihatkan sikap Ganjar yang tidak pro-rakyat. Ia lebih berpihak pada oligarki ketimbang wong cilik. Di Wadas ia mengirim aparat bersenjata lengkap untuk mengintimidasi warga desa yang ogah menjual lahannya untuk dijadikan tambang batu andesit.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *