Kultum 102: Jutaan Orang di AS Masuk Islam setelah 9/11

Jutaan Orang di AS Masuk Islam
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Kita semua orang masih ingat bahwa serangan terhadap menara kembar (WTC atau Twin Tower) pada 11 September 2001 di AS diberitakan dilakukan oleh ‘ekstrimis Muslim’. Konon serangan itulah yang mengakibatkan dua gedung tinggi itu menjadi rata dengan tanah, dan sekitar 3.000 orang meninggal. Namun satu hal yang menjadi konsekuensi aneh adalah justru banyak orang Amerika yang pertama kali mengenal Islam, dan lebih aneh lagi jadi memilih untuk masuk Islam.

Antara tahun 2001 sampai 2010 (10 tahun), Muslim di AS tumbuh dari sekitar 1 juta orang menjadi 2,6 juta orang. Jadi jumlah ini meningkat 67 persen selama 10 tahun sehingga menjadikan Islam sebagai agama dengan pertumbuhan tercepat di AS menurut Sensus Agama non-pemerintah AS.

Menurut Pew Research, jumlah itu diperkirakan mencapai 3,45 juta pada tahun 2017. Terlepas dari pertumbuhan ini, Muslim di AS hanya mewakili sekitar 1 persen dari seluruh populasi AS pada tahun 2020. Sebagai perbandingan, orang Kristen merupakan sekitar 70% dari populasi AS, sementara 23% orang Amerika mengatakan mereka tidak berafiliasi dengan agama atau diidentifikasi sebagai ateis atau agnostik.

Saat meliput Pemilihan Umum AS pada tahun 2020, China Global Television Network (CGTN) mewawancari aktivis Ohio dan Delegasi Konvensi Nasional Demokrat Cynthia Cox Ubaldo, yang masuk Islam setelah peristiwa 11 September. Ubaldo mengatakan dia tertarik pada Islam saat dia meneliti serangan teroris oleh ekstremis Muslim. Ketika dia belajar lebih banyak tentang prinsip-prinsip agama, dia menyadari bahwa itu adalah kebalikan dari apa yang diyakini oleh para teroris yang berpartisipasi dalam serangan 11 September.

Setelah pertobatannya, Ubaldo menghadapi beberapa contoh diskriminasi, dan bahkan penyerangan, karena kepercayaan dan pakaiannya. Lebih dari setengah orang dewasa Amerika yang disurvei oleh Pew Research pada tahun 2019 merasa bahwa Muslim banyak didiskriminasi, dan 82 persen mengatakan Muslim menghadapi beberapa diskriminasi.

Dalam sebuah wawancara dengan New York Daily News, Profesor Ihsan Bagby dari Universitas Kentucky mengatakan bahwa diskriminasi hanya membangun ketahanan di kalangan Muslim. Dia mengatakan kepada Daily News, “Anda menjadi lebih kuat dengan perlawanan”. Dia juga mengatakan, “Saya kira atmosfer anti-Muslim dalam segmen tertentu malah sebenarnya telah membuat Muslim lebih religius”.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *