Respons Demokrat dan Anies usai Diserang Pernyataan Rasis Ketua KNPI Umar Bonte

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Partai Demokrat dan bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan merespons tudingan bernada rasis oleh Ketua DPP KNPI, Umar Bonte.

Sebagai informasi, pernyataan Umar Bonte tersebut diunggah di akun TikTok pribadinya, @UmarBonte_official dan viral di media sosial.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dalam pernyataannya itu, Umar Bonte menilai Anies sudah cukup diberi kesempatan untuk mengemban jabatan strategis dalam pemerintahan seperti Menteri Pendidikan dan Gubernur DKI Jakarta.

Sehingga, kata Umar Bonte, jika Anies ‘meminta’ untuk menjadi Presiden, maka hal tersebut sudah berlebihan.

“Bangsa ini sudah memberikan ruang yang begitu besar kepada Anies Baswedan, sudah diberi kesempatan untuk menjadi menteri, pernah diberi kesempatan untuk menjadi gubernur, itu cukup dalam pentas politik tanah air, tapi kalau sampai meminta ingin jadi ini (presiden) terlalu berlebihan.”

“Biarkanlah putra-putra bangsa Indonesia sendiri yang menjadi Presiden Republik Indonesia,” katanya dalam video tersebut.

 

Tanggapan Demokrat

Partai Demokrat yang menjadi salah satu parpol pengusung Anies menjadi capres pun merespons pernyataan Umar Bonte tersebut.

Wasekjen Partai Demokrat, Jansen Sitindaon mengungkapkan terkait istilah presiden ‘asli’ Indonesia telah dihapuskan melalui amandemen UUD 1945.

Jansen mengatakan istilah ‘asli’ telah dihilangkan dan menjadi calon presiden adalah warga negara Indonesia ‘sejak kelahirannya’.

Ia pun mendukung atas perubahan istilah tersebut melalui amandemen UUD 1945.

“Karena jika kita masih pakai kata ‘asli’ seperti di UUD lama, sangat sulit sekarang apalagi puluhan tahun kedepan utk menentukan keaslian orang Indonesia ini. Terlebih dgn semakin banyaknya perkawinan campuran.”

“Masak mau kita bentuk lagi lembaga/badan untuk menentukan keaslian seseorang jadi orang Indonesia asli?” tulisnya dalam akun Twitter pribadinya, @jansen_jsp pada Jumat (12/5/2023).

Kemudian, Jansen pun menjelaskan terkait unsur historis dalam istilah ‘warga Indonesia asli’ karena dilatarbelakangi suasana saat era Kemerdekaan Indonesia.

“Ketika mau merdeka itu, kita masih dibayang-bayangi penjajahan Jepang dan Belanda yg mau datang lagi.”

“Untuk itulah norma ‘Indonesia Asli’ dibuat, utk mencegah agar tidak terbuka peluang/kesempatan bagi orang Jepang atau Belanda jadi Presiden Indonesia. Jadi niatnya bukan utk menyekat keturunan ‘timur asing’ yang saat itu juga ada yg ikut berjuang utk kemerdekaan Indonesia,” jelasnya.

Jansen juga mengatakan bahwa perdebatan terkait ‘warga negara Indonesia asli’ telah selesai usai adanya amandemen UUD 1945.

Menurutnya, perdebatan istilah tersebut di masa kini hanya digunakan untuk kebutuhan politik praktis saat mendekati Pilpres serta bertujuan untuk memecah belah.

“Menghilangkan kata ‘asli’ itu adalah bukti kebhinekaan kita yg kesekian di bangsa ini. Dan harus diakui, ini juga adalah sebuah ‘kerelaan dan kelapangan dada yg luar biasa dari (kita) Pribumi’ untuk menghilangkan sekat itu,” tuturnya.

“Agar semua etnis di bangsa ini (baik dizaman kolonial dia masuk kelompok Timur Asing meliputi Tionghoa, Arab, India dll ataupun dia Bumiputera) saat ini, sekarang ini, bisa merasakan kemerdekaaan yg sama, punya kesempatan yg sama dan tidak ada lagi diskriminasi,” sambung Jansen.

 

Anies Unggah Surat Buya Hamka yang Diberikan ke Kakeknya

Anies baru saja mengunggah surat dari Buya Hamka yang ditujukan kepada kakenya, AR Baswedan.

Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, surat tersebut ditujukan ke kakeknya pada tahun 1974.

Pada caption unggahan tersebut, Anies menulis bahwa surat Buya Hamka ke kakenya juga dimuat di majalah Panji Masyarakat.

“Mengenang dan membaca kembali surat dari Buya Hamka kepada kakek di tahun 1974, yang kemudian juga dimuat di majalah Panji Masyarakat,” tulisnya dalam unggahan yang diposting pada Jumat (12/5/2023).

Dalam tulisan yang cukup panjang tersebut, salah satu hal yang disinggung oleh Buya Hamka adalah terkait peranakan arab.

Di akhir surat yang dimuat dalam empat halaman majalah Panji Masyarakat itu, Buya Hamka menyebut bahwa kakek Anies Baswedan adalah orang berpendirian.

Selain itu, Buya Hamka juga menuliskan bahwa ‘golongan’ kakek Anies sudah bangga untuk menjadi bagian dari Indonesia.

“Saudara Baswedan! Saya renungkan sekali lagi fotomu di amslog muka Panjimas no 1631. Engkau telah mulai tua sebagai juga aku. Tetapi mata masih bersinar berapi-api, menunjukkan keyakinan akan kebenaran pendirian. Dan membayangkan juga rasa syukur, karena golonganmu tidak lagi bermimpi tentang padang pasir melainkan hidup dalam ‘alam kenyataan: Kami adalah bangsa Indonesia! Tak ada kekuatan yang dapat menyisihkan kami!” tulis Buya Hamka dalam akhir surat ke AR Baswedan.

Kendati demikian, belum ada penjelasan dari Anies terkait unggahannya tersebut apakah menjawab pernyataan Umar Bonte atau tidak.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *