Belajar Kepemimpinan dari Buya Hamka dan Kiai Sjaichu

Kepemimpinan Buya Hamka dan Kiai Sjaichu
Buya Hamka dan Kiai Sjaichu
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Fathurrochman Karyadi (lulusan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta)

Hajinews.id – Ketika Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka) wafat pada 24 Juli 1981, usianya 73 tahun. Saat itu, K.H. Achmad Sjaichu berusia 60 tahun. Semasa hidupnya, kedua tokoh ini sering melakukan interaksi meskipun berbeda ormas. Buya Hamka di Muhammadiyah, Kiai Sjaichu di Nahdlatul Ulama (NU). Kedua tokoh ini menarik untuk dikaji pemikirannya dan diteladani sepak terjangnya sebagai pemimpin. Ada beberapa catatan sejarah yang bisa diketahui terkait dua sosok teladan ini.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pada 1 Muharram 1398 H atau 12 Desember 1977, Kiai Sjaichu mengundang sejumlah tokoh-tokoh Islam untuk silaturahim dan beramah-tamah sekaligus mengadakan musyawarah di rumahnya. Dalam pertemuan itu, hadir 29 orang antara lain: M. Natsir, Prof. Dr. H. Kasman Singodimedjo, Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, Prof. Dr. Hamka, Letjen H. Sudirman, Prof. K.H. Ali Yafie, Dr. H. Anwar Haryono, SH dan lain-lainnya. Ketika pembahasan sampai pada masalah ‘aliran kepercayaan’, tampak terjadi perdebatan yang bertele-tele, yang hanya berkisar masalah redaksional. Di saat itulah, Buya Hamka tidak sabar langsung angkat bicara dan menyetop semua pembicaraan.

“Soal redaksional atur belakangan, yang penting kita sepakati dahulu isinya”, ujar Buya Hamka. Akhirnya semua setuju dan dalam waktu yang relatif singkat pembahasan selesai. Buya Hamka pun orang pertama yang menandatangani hal tersebut. Permasalah ‘aliran kepercayaan’ waktu itu sepakat disetujui jangan sampai menjurus kepada pembentukan agama baru dan kepada para pemeluknya dianjurkan untuk kembali pada induk agamanya masing-masing. Hasil pokok-pokok pemikiran tersebut diusulkan kepada Pemerintah. Buya Hamka memperlihatkan ketegasannya sebagai sosok tokoh muslim. Inilah ilmu kepemimpinan yang perlu dicontoh, yakni ketegasan.

Kemudian, pada 31 Agustus 1979 Kiai Sjaichu memperingati milad Ittihadul Muballighin, sebuah organisasi himpunan para pendakwah atau dai seluruh Indonesia yang didirikannya. Acara tersebut berlokasi di Aula Majelis Ulama Indonesia, kompleks Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta. Buya Hamka hadir dan memberikan ceramah yang amat berkesan di hati Kiai Sjaichu. “Jika orang menanyakan, siapa kawan Ittihadul Muballighin maka sayalah kawan Ittihadul Muballighin, dan saya akan membantu sepenuhnya bagi kemajuan perkembangan Ittihadul Muballighin di bawah kepemimpinan Pak Sjaichu,” tegas Buya Hamka.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *