Cabut Gigi ala Sarwono

Cabut Gigi ala Sarwono
Sarwono dan Ira Koesno
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Dalam kondisi semacam itu Sarwono muncul mendesak Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri. Ia tidak secara terbuka menyatakan hal itu, tetapi ia membuat analogi cabut gigi. Ibarat orang yang sakit gigi parah maka reshuffle ini dianggapnya seperti menambal lubang gigi. Hal itu tidak akan menyembuhkan penyakit. Satu-satunya jalan adalah dengan mencabut gigi.

Gigi lama harus dicabut karena sudah membusuk dan menjadi sumber penyakit yang menjalar ke seluruh tubuh. Gigi lama harus dicabut supaya tumbuh gigi baru yang sehat dan bisa membuat seluruh tubuh sehat kembali.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dalam pandangan Sarwono, reshuffle adalah penyelesaian politik, padahal yang dibutuhkan penyelesaian moral. Secara tersirat Sarwono mengatakan bahwa penyelesaian politik tidak lagi mencukupi dan dibutuhkan penyelesaian moral, karena pemerintahan Soeharto sudah kehilangan legitimasi moral.

Pernyataan semacam ini dianggap terlalu berani dan terlalu keras untuk standar saat itu. Ira Koesno sebagai pewawancara terlihat gelagapan karena tidak menduga Sarwono akan membuat pernyataan selugas itu. Ira Koesno berkali-kali berusaha mengalihkan topik supaya fokus pada masalah reshuffle, sekaligus untuk meredam emosi Sarwono.

Tetapi Sarwono terus-menerus mengelak dan tetap menyuarakan seruan cabut gigi. Ira Koesno tidak bisa mengendalikan wawancara dan akhirnya memotong sesi wawancara, dari semula tiga segmen menjadi dua segmen saja.

Momen cabut gigi itu terbukti menjadi salah satu momen paling ikonik dalam sejarah reformasi. Setelah pernyataan itu semakin banyak politisi yang berani mengungkapkan tuntutan agar Soeharto mundur.

Pada akhirnya, Harmoko yang menjadi ketua DPR-MPR pun ikut menyuarakan tuntutan agar Soeharto mundur. Harmoko menjadi salah satu menteri yang dianggap setia kepada Soeharto. Ketika Harmoko ikut menyerukan tuntutan mundur, Soeharto menyadari waktunya sudah habis. Empat hari setelah wawancara cabut gigi, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.

Pada masa itu Sarwono mewakili genre baru politisi sipil Golkar yang mengambil jalan lurus dan sederhana dalam kiprah politiknya. Ia menjadi contoh pejabat yang tidak bergelimang harta. Di masa senjanya ia hidup sederhana. Ia kabarnya tidak punya rumah pribadi sampai akhir hayatnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *