Guru Besar Al-Azhar Mesir Jelaskan Alasan Jamaah Haji Dilarang Berselfie di depan Ka’bah

Jamaah Haji Dilarang Berselfie di depan Ka'bah
Jamaah Haji Dilarang Berselfie di depan Ka'bah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Haji dan umrah di Tanah Suci harus dilakukan dengan penuh khidmat. Namun, seringkali banyak orang beriman juga melakukan kegiatan lain, seperti berselfie atau merekam video di depan Ka’bah.

Menanggapi perilaku tersebut, Hani Tammam, guru besar fikih di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, menjelaskan bahwa ibadah haji adalah perjalanan untuk mengamalkan perubahan perilaku dalam hidup.

“Kita akan pergi untuk beribadah kepada Allah SWT, bukan berwisata, berlibur, atau melancong. Maka kita harus melepaskan semua perilaku aneh kita,” jelasnya, seperti dilansir laman Masrawy, Jumat (2/6/2023).Karena itu, Tamam mengajak jamaah yang tengah melaksanakan ibadah di Tanah Suci untuk mengubah perilakunya. “Kita akan menghadap Allah, maka kita tentu tidak akan melakukan sesi foto di depan Ka’bah atau saat di Raudhah. Semua itu mengurangi pahala,” ujarnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dia melanjutkan, haji adalah ibadah yang bersifat lahiriah dan batiniah. Ibadah batiniah yang dimaksud yaitu ketika jamaah selalu merasakan kehadiran Allah dalam hatinya.

“Tidak mungkin berada di tempat yang suci dan penuh keberkahan ini, tetapi kita masih banyak bicara dan ribut, apalagi menyibukkan diri dengan gawai dan foto-foto,” ujarnya.

Sudah semestinya orang yang berkesempatan melangsungkan ibadah haji di Tanah Suci, bersyukur kepada Allah SWT karena, di Indonesia sendiri, masih banyak orang Muslim yang harus menunggu antrean bertahun-tahun, bahkan hingga 20 tahun, untuk bisa berangkat haji. Bentuk rasa syukur ini yaitu dengan fokus ibadah dengan sekhidmat-khidmatnya.

Dalam Islam, haji adalah rukun Islam kelima. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA. Nabi Muhammad SAW bersabda:

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الَّرحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهِ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : بُنِيَ الإسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ, وَحَجِّ الْبَيْتِ, وَصَوْمِ رَمَضَانَ. (رواه البخاري و مسلم)

“Islam dibangun di atas lima pondasi; bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya melainkan Allah dan bahwasannya Muhammad adalah utusan Allah (syahadat), mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sumber: republika

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *