Kisah Abu Nawas: Akhirnya Abu Nawas Tertipu, Tukang Tipu Kena Tipu

Akhirnya Abu Nawas Tertipu
Akhirnya Abu Nawas Tertipu. Foto: pixabay
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



“Ahaa, bagus sekali kambingmu ini…!” pencuri keempat membuka percakapan.

“Kau juga yakin ini kambing?” tanya Abu Nawas.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Lho? ya jelas sekali kalau hewan ini adalah kambing. Kalau boleh aku ingin membelinya.”

“Berapa kau mau membayarnya?”

“Tiga dirham!”

Abu Nawas setuju. Setelah menerima uang dari pencuri keempat kemudian Abu Nawas langsung pulang. Setiba di rumah Abu Nawas dimarahi istrinya.

“Jadi keledai itu hanya engkau jual tiga dirham lantaran mereka mengatakan bahwa keledai itu kambing?”

Abu Nawas tidak bisa menjawab. Ia hanya mendengarkan ocehan istrinya dengan setia sambil menahan rasa dongkol.

Kini ia baru menyadari kalau sudah diperdayai oleh komplotan pencuri yang menggoyahkan akal sehatnya.

Abu Nawas merencanakan sesuatu. Ia pergi ke hutan mencari sebatang kayu untuk dijadikan sebuah tongkat yang nantinya bisa menghasilkan uang.

Rencana Abu Nawas ternyata berjalan lancar. Hampir semua orang membicarakan keajaiban tongkat Abu Nawas.

Berita ini juga terdengar oleh para pencuri yang telah menipu Abu Nawas. Mereka langsung tertarik.

Bahkan mereka melihat sendiri ketika Abu Nawas membeli barang atau makan tanpa membayar tetapi hanya dengan mengacungkan tongkatnya.

Mereka berpikir kalau tongkat itu bisa dibeli maka tentu mereka akan kaya karena hanya dengan mengacungkan tongkat itu mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Akhimya mereka mendekati Abu Nawas dan berkata, “Apakah tongkatmu akan dijual?”

“Tidak.” jawab Abu Nawas dengan cuek.

“Tetapi kami bersedia membeli dengan harga yang amat tinggi.” kata mereka.

“Berapa?” kata Abu Nawas pura-pura merasa tertarik.

“Seratus dinar uang emas.” kata mereka tanpa ragu-ragu.

“Tetapi tongkat ini adalah tongkat wasiat satu-satunya yang aku miliki.” kata Abu Nawas sambil tetap berpura-pura tidak ingin menjual tongkatnya.

“Dengan uang seratus dinar engkau sudah bisa hidup enak.” kata mereka makin penasaran.

Abu Nawas diam beberapa saat sepertinya merasa keberatan sekali. “Baiklah kalau begitu.” kata Abu Nawas kemudian sambil menyerahkan tongkatnya.

Setelah menerima seratus dinar uang emas Abu Nawas segera melesat pulang. Para pencuri itu segera mencari warung terdekat untuk membuktikan keajaiban tongkat yang baru mereka beli.

Seusai makan mereka mengacungkan tongkat itu kepada pemilik kedai. Tentu saja pemilik kedai marah. “Apa maksudmu mengacungkan tongkat itu padaku?”

“Bukankah Abu Nawas juga mengacungkan tongkat ini dan engkau membebaskannya?” tanya para pencuri itu.

“Benar. Tetapi engkau harus tahu bahwa Abu Nawas menitipkan sejumlah uang kepadaku sebelum makan di sini!”

“Gila ! Ternyata kita tidak mendapat keuntungan sama sekali menipu Abu Nawas. Kita malah rugi besar!” umpat para pencuri dengan rasa dongkol.

Tugas Berat dari Raja Membangun Istana di Awang-awang

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *