Daftar Donatur Palestina
Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Pembaca yang dirahmati Allah,
Hajinews.id – Kisah ini bermula dari perintah Allah Subahanhu wata’ala kepada kaum Hawariyyin, umat Nabi Isa ‘Alaihissalam, agar mengerjakan puasa selama 30 hari. Nabi Isa pun akhirnya menyampaikan perintah Allah kepada mereka. Maka berpuasalah mereka selama sebulan atau 30 hari. Pada ujung bulan, setelah mengerjakan puasa, para pengikut Isa pun meminta semacam “hadiah”.
Tak tanggung-tanggung, mereka meminta sesuatu yang sangat besar. Mereka menginginkan sebuah hidangan diturunkan dari langit untuk mereka berbuka puasa. Atas permintaan para pengikutnya ini, Nabi Isa tak habis pikir. Telah banyak mukjizat yang Allah berikan padanya, namun pengikutnya tak kunjung juga merasa puas. Putra Maryam itu pun kemudian takut pengikutnya akan seperti umat terdahulu yang meminta sesuatu besar kepada Allah namun berujung pada kekafiran. Dia enggan menyetujui permintaan pengikutnya tersebut.
Namun, para Hawari terus membujuk dan mendesak Nabi Isa. Mereka menginginkan hari raya atas puasa yang telah mereka lakukan dengan turunnya hidangan dari langit. Mereka pun beralasan kepada Isa, “Kami meminta hidangan itu karena kami ingin memakannya dan agar tenteram hati kami, agar keimanan kami menjadi lebih kuat dan supaya kami mengetahui bahwa kau memang menyampaikan hal yang benar dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu”, demikian mereka beralasan.
Karena pengikutnya bersikeras, Nabi Isa pun tak sanggup menolak. Dia kemudian bersiap menuju tempat peribadatannya. Mengenakan pakaian bagus, Nabiyullah Isa pun memohon kepada Allah agar permintaan umatnya dikabulkan.
Nabi Isa putra Maryam menjawab permohonan al-Hawariyyun dengan berdoa kepada Allah, sebagaimana firman Allah,
قَالَ عِيۡسَى ابۡنُ مَرۡيَمَ اللّٰهُمَّ رَبَّنَاۤ اَنۡزِلۡ عَلَيۡنَا
مَآٮِٕدَةً مِّنَ السَّمَآءِ تَكُوۡنُ لَـنَا عِيۡدًا لِّاَوَّلِنَا
وَاٰخِرِنَا وَاٰيَةً مِّنۡكَۚ وَارۡزُقۡنَا وَاَنۡتَ خَيۡرُ الرّٰزِقِيۡنَ
Artinya:
Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki” (QS. Al-Maidah, ayat 114).
Allah pun kemudian mengabulkan utusan-Nya. Allah kemudian berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu. Barang siapa yang kafir sesudah turun hidangan itu maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia”. Allah Subahanhu wata’ala lantas menurunkan hidangan yang terdiri dari roti, ikan, delima, dan buah-buahan, serta beragam lainnya.
Dalam ayat ini diterangkan, bahwa Nabi Isa setelah mengetahui maksud baik dari kaum Hawariyyin dalam permohonan mereka yaitu bahwa mereka tidak meragukan kekuasaan Allah. Mereka justru ingin lebih yakin dan memperoleh keimanan yang lebih kuat serta ketenteraman hati, karena itu Nabi Isa mengabulkan permohonan mereka untuk bedoa kepada Allah agar menurunkan hidangan untuk mereka. Nabi Isa memulai doanya itu dengan ucapan “Allahuma Rabbana”. Kata-kata tersebut mengandung pengertian sifat-sifat keagungan-Nya, yaitu, ketuhanan, kekuasaan, hikmah dan kebijaksanaan-Nya, serta sifat-sifat-Nya sebagai Penguasa, Pendidik, Pemelihara dan Pemberi nikmat.
