Kultum 125: Nabi Isa Memohon Hidangan dari Langit

Nabi Isa Memohon Hidangan dari Langit
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Kemudian Isa melanjutkan doanya dengan permohonan agar Allah menurunkan untuk mereka hidangan dari langit. Nabi Isa mengharapkan agar hari ketika hidangan itu turun akan menjadi hari raya bagi mereka dan generasi mereka selanjutnya. Hal ini juga akan menjadi tanda atau bukti bagi kekuasaan Allah. Nabi Isa mengakhiri doanya dengan ucapan, “Berilah kami rezeki, karena Engkau adalah sebaik baik Pemberi rezeki”. Hal yang perlu kita perhatikan dalam ayat ini ialah bahwa Nabi Isa dalam doanya lebih dahulu menyebutkan faedah rohaniah yang akan diperoleh bila Allah mengabulkan doanya, kemudian baru disebutkan faedahnya dari segi jasmaniah.

Faedah rohaniah peristiwa ini adalah, hal itu akan merupakan hari yang amat penting dalam kehidupan umatnya, dan akan mereka jadikan hari raya, dimana mereka akan selalu mengenang rahmat Allah, dan mereka akan mengagungkan kebesaran kekuasaan-Nya. Hal ini juga menambah keyakinan mereka, dan memperkokoh keimanan mereka kepada Allah. Secara jasmaniah, makanan itu akan merupakan rezeki yang akan menghilangkan rasa lapar dan mengembalikan kesegaran dan kekuatan jasmani mereka.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Namun, lain halnya dengan kaum Hawariyyin ketika mereka mengemukakan permintaan itu kepada Nabi Isa. Mereka mendahulukan faedah jasmaniah, dan sesudah itu barulah menyebutkan faedah rohaniahnya. Dari perbedaan susunan kalimat ini dapat diambil pelajaran bahwa Nabi Isa mengajarkan kepada umatnya, agar mereka lebih mengutamakan segi-segi mental rohaniah daripada segi-segi fisik materiil jasmaniah.

Surat “al-Ma’idah” dalam surah ini berarti “hidangan”, maka kata tersebut telah menjadi nama bagi surah ini, yaitu Surah al-Ma’idah. Kata-kata yang dipakai menjadi nama bagi surah-surah Al-Qur’an kebanyakan diambil dari suatu kata yang merupakan ‘topik’ di dalam surah yang bersangkutan, misalnya: “al-Baqarah”; “al-Kaafiruun”, “an-Nahl”, dan lain-lain. Tapi adakalanya pula nama itu diambil dari kata-kata yang tidak terdapat dalam surah itu tetapi menunjukkan dengan jelas isi surah tersebut, misalnya nama Surah “al-Ikhlas”.

Semoga sedikit yang kita baca ini menjadi pengingat bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa bermanfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabat semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber : Ahmad Idris Adh.                                   

—ooOoo—

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *