Daftar Donatur Palestina
Hajinews.id – Hari besar kedua bagi umat Islam segera tiba, yaitu Idul Adha. Sebagai Bulan yang sangat dianjurkan untuk berkurban.
Siapapun yang ingin berkurban perlu mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan kurban.
Salah satu hal yang paling penting adalah kita harus menentukan hewan apa yang akan kita kurbankan. Lebih dalam lagi kita memahami hewan kurban apa yang utama atau afdhal yang digunakan sebagai kurban.
Di beberapa kalangan masyarakat, tidak terkecuali masyarakat Indonesia ketika mempertimbangkan untuk kurban seekor kambing (perseorangan) atau seekor sapi untuk 7 orang, yang dilakukan secara kolektif.
Salah satu penyebab banyak orang melakukan kurban secara patungan adalah masalah kondisi keuangan. Jika memang tak mampu untuk berkurban seekor perorangan, maka opsi untuk urunan tujuh orang mengurbankan satu sapi merupakan solusinya.
Namun, mana yang lebih baik dari keduanya?
Gus Baha memberi penjelasan mengenai kurban jenis sapi dan kambing di Hari Raya Idul Adha.
Ulama yang menjadi murid Mbah Moen mengungkap perihal lebih baik mana antara sapi dan kambing dengan masing-masing ketentuannya.
Dalam sebuah kesempatan dakwah Gus Baha pernah mendapatkan pertanyaan bagaimana jika melaksanakan kurban sapi namun bersama bukan mahram, seperti dalam instansi tempat kerja.
Apakah nanti orang tersebut akan menaiki sapinya di akhirat bersama bukan mahram tersebut?
Gus Baha menjawab dengan nada santai, sebab hal demikian ulama asal Kragn ini lebih suka kurban kambing dari pada sapi.
Dengan nada gurau Gus Baha mengungkap enggan harus satu kendaraan dengan orang lain, sebab bisa menunda keberangkatan dan memicu saling tunggu.
Alasan sebenarnya Gus Baha meninjau dari segi syariat bahwa kurban kambing satu lebih baik ketimbang sapi 7 orang.
“Cuma nek coro syariat apik wedus timbang sapi sitok nggo wong pitu apik sitok nggo wong 1,” jelasnya.
(Cuma menuurt syariat bagus kambing ketimbang sapi satu untuk 7 orang, bagus kambing 1 untuk 1 orang).
Namun ulama tersebut menegaskan saat melaksanakan amalan apapun tak perlu didasari pada perhitungan.
Niatkan dengan ikhlas segala bentuk amal, tak perlu berpikir terlalu jauh jika tak berhubungan dengan syariat, hasilnya biar Allah SWT yang mengatur dengan cara terbaik-Nya.
“Sing gak tak senengi ngamal kok diperitungno, nek ngamal sing ikhlas, ngko Pangeran gampang,” jelasnya.
Terjemahan: yang tidak saya suka ada orang ngamal itu diperhitungkan, jika amal yang ikhlas, nanti Allah memudahkan.
