Hikmah Pagi: Selektif Dalam Menuntut Ilmu Agama

Adab Lebih Tinggi Daripada Ilmu
Adab Lebih Tinggi Daripada Ilmu. foto/ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ilmu agama adalah perkara yang agung, yang dengannya seseorang bisa mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Tanpa ilmu agama, seseorang akan binasa.

Rasulullah ﷺ bersabda, artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu terlaknat. Semua yang ada di dalamnya terlaknat kecuali dzikrullah serta orang yang berdzikir, orang yang berilmu agama dan orang yang mengajarkan ilmu agama.” (HR. Tirmidzi no. 2322, dihasankan Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Oleh karena itu, menuntut ilmu agama adalah perkara yang besar dan serius. Tidak boleh sembarangan dan main-main. Termasuk di dalamnya, perkara memilih orang yang akan diambil ilmunya, yang akan dijadikan guru, juga merupakan perkara serius, tidak boleh serampangan. Bahkan wajib selektif dalam menuntut ilmu agama, tidak mengambil ilmu dari sembarang orang. Inilah yang diajarkan dalam Al Qur’an dan Sunnah Nabi serta teladan dari para ulama terdahulu.

Rasulullah ﷺ bersabda, artinya: “Akan datang suatu masa kepada manusia, tahun-tahun yang penuh dengan tipu daya. Pendusta dianggap benar, orang jujur dianggap dusta. Pengkhianat dipercaya, orang yang amanah dianggap berkhianat. Ketika itu ruwaibidhah banyak berbicara”. Para sahabat bertanya: “Siapa ruwaibidhah itu?”. Nabi menjawab: “Orang bodoh berbicara mengenai perkara yang terkait urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah no. 3277, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Sahabat nabi ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Perhatikanlah dari siapa kalian mengambil ilmu (agama) ini, karena sesungguhnya ia adalah bagian dari agama.” (Mauqif Ahli Sunnah wal Jamaah min Ahlil Ahwa’ wal Bida’ hlm. 686).

Kita tidak seharusnya fanatik kepada satu Ustadz saja dan tidak hanya mencukupkan diri dengan satu guru saja, karena ilmu itu sangat luas, jika kalian fanatik kepada satu guru maka ketika ada kesalahan dari orang tersebut kalian tidak akan menerima jika ada yang mengingatkannya, sampai-sampai Hammad bin Zaid rahimahullah berkata: “Sesungguhnya engkau tidak akan mengetahui kesalahan gurumu sampai engkau berguru dengan yang lain.” (Jamiul Bayan ‘Ilm wa Fadhlihi 1/414)

Ulama tabi’in Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata: “Ilmu ini adalah bagian dari agama kalian, maka perhatikanlah baik-baik dari siapa kalian mengambil ilmu agama kalian.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Rajab dalam Al Ilal, 1/355)

Disusun oleh:
Ustadz Yulian Purnama, S.Kom حفظه الله

🌐 Sumber: https://muslim.or.id/47202-selektif-dalam-menuntut-ilmu-agama.html

وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

📲 @IslamAdalahSunnah

​​​​​​​

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *