Hantu Politik Identitas

Hantu Politik Identitas
Anies Rasyid Baswedan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Nasmay L Anas

Hajinews.id – BiSA Jadi perbincangan tentang politik identitas tidak akan ada habisnya. Yang membuat mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan terus dihujat. Karena dianggap pelaku politik identitas. Sebab itu, dia bahkan dicap sebagai “bapak politik identitas”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Aneh sekali memang. Seolah politik identitas itu adalah momok yang sangat menakutkan. Suatu kesalahan fatal dalam politik, sehingga bacapres yang paling ideal di mata sejumlah orang itu harus dijegal. Dihambat langkah dan peluangnya untuk maju sebagai calon pemimpin bangsa dalam Pilpres 2024 mendatang.

Karenanya, bisa jadi juga sebagian orang merasa kasihan kepada bacapres yang diusung Nasdem, PKS dan Demokrat itu. Seolah tak ada hari bagi para penentang atau lawan politiknya untuk menudingnya sebagai pelaku politik identitas. Seolah sudah kehabisan amunisi, sehingga tidak ada lagi isu lain yang layak dilemparkan untuk menggagalkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu maju sebagai salah satu bacapres selain menggunakan isu itu.

Pertanyaan kita: Apakah yang dimaksud politik identitas? Dan benarkah Anies adalah pelaku politik identitas? Padahal sudah begitu lama isu itu terus dihembuskan dan Anies sudah berulang kali pula menjawabnya. Dengan mengatakan bahwa politik identitas adalah suatu keniscayaan. Sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.

Politik identitas itu adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Misalnya calon yang bersaing adalah laki-laki dan perempuan. Maka di situ ada identitas gender,” ucap Anies di Hotel Shangri-La Surabaya, Jumat (17/3/2023) malam, ketika bicara dalam forum diskusi dengan pemimpin redaksi media massa yang diselenggarakan Partai NasDem.

Meski demikian, para penentang Anies tampaknya tidak peduli dengan alasan apa pun. Sepertinya dendam karena kekalahan jagoannya dalam Pilkada DKI 2017 itu tidak akan pernah hilang. Ketika Anies yang berpasangan dengan Sandiaga Uno berhasil mengalahkan Cagub Petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat.

Kalau mau fair, semua pihak mestinya memahami situasi dan kondisi kala itu. Pertama, calon yang bersaing – yaitu Anies dan Ahok – adalah dua orang yang agamanya berbeda. Dus, dengan demikian keduanya memiliki identitas yang berbeda. Kedua, persoalannya bertambah pelik setelah Ahok melakukan kesalahan fatal, lantaran kecerobohannya mengutip ayat suci Alqur’an. Sehingga dituduh melakukan tindakan pelecehan agama.

Karena itu umat Islam yang digerakkan kelompok 212 melakukan aksi berulang kali di Jakarta. Dengan mengerahkan ribuan umat untuk turun ke jalan dan menuntut agar Ahok dipenjarakan. Terbukti Ahok tidak hanya kalah dalam mempertahankan jabatannya sebagai gubernur, tapi juga harus mendekam di hotel prodeo.

Pertanyaannya lagi: Apakah kekalahan Ahok itu karena Anies melakukan politik identitas? Mereka yang cerdas tentu akan menjelaskan bahwa kemenangan Anies kala itu tidak lain karena dia berada di waktu dan tempat yang tepat. Seandainya Ahok tidak ceroboh sehingga terlibat melakukan tindakan pelecehan agama, Anies belum tentu menang. Sebagai gubernur petahana yang sangat populer dan didukung pemerintah pusat rasanya Ahok tidak mungkin bisa dikalahkan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *