Kultum 161: Nasihat Para Ulama Ahlus Sunnah

Nasihat Para Ulama Ahlus Sunnah
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Seiring dengan tetap berlangsungnya saling beda pendapat antara kelompok yang menghendaki ditinggalkannya berbagai amalan bid’ah dengan kelompok yang mengatakan amalan-amalan itu bukan bid’ah, maka beberapa nasihat ulama berikut bisa jadi rujukan. Dalam hal ini, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “Ikutilah tuntunan dan janganlah kalian mengada-adakan bid’ah. Karena sesungguhnya kalian telah dicukupkan. Dan setiap bid’ah adalah sesat”.

Di samping itu, Ibnul Majisyun berkata, Aku pernah mendengar Malik berkata, “Barangsiapa yang mengada-adakan di dalam Islam suatu bid’ah yang dia anggap baik (yang umumnya disebut bid’ah hasanah),maka sesugguhnya dia telah menuduh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhianati risalah. Sebab Allah berfirman yang artinya, ‘Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian’. Apa-apa yang pada hari itu bukan termasuk ajaran agama, maka hari ini hal itu bukan termasuk agama”.

Sementara itu, Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah juga mengatakan, “Pokok-pokok as-Sunnah dalam pandangan kami adalah berpegang teguh dengan apa-apa yang diyakini oleh para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, meneladani mereka dan meninggalkan bid’ah-bid’ah. Kami meyakini bahwa semua bid’ah adalah sesat”.

Senada dengan itu, Imam al-Barbahari Rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya ilmu bukanlah diraih semata-mata dengan memperbanyak riwayat dan kitab. Sesungguhnya orang yang berilmu (yang hakiki) adalah yang mengikuti ilmu dan Sunnah, meskipun ilmu dan kitabnya sedikit. Dan barangsiapa yang menyelisihi al-Kitab dan as-Sunnah, maka dia adalah penganut bid’ah, meskipun ilmu dan kitabnya banyak”.

Masih sejalan dengan pendapat itu, Syaikhul Islam Abul ‘Abbas al-Harrani Rahimahullah mengatakan, “Simpul pokok ajaran agama ada dua, (1) kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita beribadah kepada-Nya hanya dengan syari’at-Nya. (2) Kita tidak beribadah kepada-Nya dengan bid’ah-bid’ah. Hal itu sebagaimana firman Allah ta’ala,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا

صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ

Artinya:

Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabbnya (QS. al-Kahfi, ayat 110)”.

Mungkin saja kita kurang sejalan dengan nasihat beberapa ulama ahlu sunnah tersebut. Akan tetapi, seharusnya kita bisa berpikir bijak bahwa, dirasakan atau tidak, diakui atau tidak, bid’ah adalah salah satu sumber perpecahan. Dalam hubungan ini, mari kita coba merenungkan firman Allah Subahanhu wata’ala,

وَاَنَّ هٰذَا صِرَاطِىۡ مُسۡتَقِيۡمًا فَاتَّبِعُوۡهُ‌ ۚ

وَلَا تَتَّبِعُوۡا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَنۡ سَبِيۡلِهٖ‌ ؕ

ذٰ لِكُمۡ وَصّٰٮكُمۡ بِهٖ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَ

Artinya:

Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya, demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa (QS. Al-An’am, ayat 153).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *