Kultum 162: Mendalami Hadits yang Melarang Bid’ah

Mendalami Hadits yang Melarang Bid’ah
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Sungguh telah banyak ayat-ayat dan hadits-hadits yang memerintahkan agar kita ittiba’ dan menjauhkan diri dari bid’ah. Ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut dengan jelas berkaitan satu dengan yang lain. Dari keterkaitan itu kita sampai pada kesimpulan bahwa di dalam beribadah kepada Allah, kita haruslah ber ittiba’ dan ikhlas.

Kali ini kita akan mencoba mendalami dua atau tiga hadits dengan mengkaji kata demi kata dan frasa demi frasa yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sabdanya. Salah satu hadits yang shahih dan agak panjang ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ

الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِي تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوا

عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ

الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وكُلَّ بِدْعَةٍ

ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

Artinya:

Wajib bagi kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para Khulafaa Ar-Raasyidun, orang-orang yang mendapat petunjuk, sepeninggalku pegang teguhlah dan gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian, dan hati-hatilah kalian, jangan sekali-kali mengada-adakan perkara-perkara baru dalam agama, karena sesungguhnya setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).

Penggunaan kata-kata dan frasa-frasa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dalam hadits tersebut jelas sekali terasa sebagai sebuah ‘wanti-wanti’. Tentunya hal ini dimaksudkan agar umat Islam merenungi dan tidak mengada-adakan suatu perkara yang baru dalam agama. Wanti-wanti itu bisa kita rasakan dalam kata dan frasa yang digunakan, yaitu ‘wajib bagi kalian’; ‘berpegang teguh pada sunnahku’; pegang teguhlah’; ‘gigitlah sunnah’; ‘dengan gigi geraham’; ‘hati-hatilah’; ‘jangan sekali-kali’; ‘mengada-adakan perkara baru dalam agama’, ‘sesungguhnya’; ‘setiap perkara baru dalam agama’; ‘adalah bid’ah’; ‘setiap bid’ah adalah sesat’; dan ‘setiap kesesatan tempatnya di neraka’.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ

لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي: كِتَابَ الله وَسُنَّتِيْ

Artnya:

Saya telah meninggalkan sesuatu bagi kalian, selama kalian berpegang teguh dengannya, maka tidak akan pernah tersesat sepeninggalku, yaitu Kitabullah dan Sunnahku (HR. Imam Malik, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Sabda Rasulullah dalam hadits yang lebih pendek ini juga bisa dirasakan sebagai wanti-wanti. Wanti-wanti itu bisa dirasakan dalam kata-kata atau frasa ‘meninggalkan sesuatu’ yang kurang lebih berarti ‘warisan’ atau ‘wasiat’ atau bahkan ‘pusaka’. Sudah bagian ini terasa sebagai warisan, wasiat atau pusaka, masih juga dilanjutkan dengan ‘selama kalian berpegang teguh dengannya’.

Bukankah warisan atau wasiat bahkan pusaka memang untuk kita lestarikan? Itupun masih ditegaskan lagi dengan ‘tidak akan pernah tersesat sepeninggalku’, yang artinya kurang lebih adalah sebuah jaminan bahwa kita tidak akan tersesat. Wasiat atau pusaka itu kemudian dipungkas dengan ‘Kitabullah dan Sunnahku’, sebagai benda atau pusaka yang ‘diwariskan’.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *