Dilema RI: Sulit Hancur, Tapi Sulit Maju

Dilema RI: Sulit Hancur
Chatib Basri
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Mantan Menteri Keuangan dan Ekonom Senior M. Chatib Basri mengingatkan masyarakat untuk tidak pesimis terhadap negaranya Indonesia. Hal itu disampaikannya pada Jumat (07/07/2023) dalam perbincangan dengan CNBC Indonesia.

Menurutnya, Indonesia telah membuat langkah besar, terutama setelah krisis moneter, sosial, dan politik tahun 1998.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Saya ingat seluruh mahasiswa Indonesia berkumpul, mengambil kesimpulan negara ini tidak akan survive waktu Soeharto jatuh. Akan ada balkanisasi, kita gak siap dengan Pemilu, direct election akan ada bloodshed, negaranya pecah,” ujarnya.

Kenyataannya, lanjut Chatib, Indonesia bertahan hingga saat ini. Bahkan, Indonesia masuk G20 pada 1999. Pada 2008, Indonesia telah menjadi anggota G20 selama 10 tahun. Saat ini, Indonesia pun menjadi salah satu negara dengan pemulihan ekonomi yang terbaik, pasca pandemi.

“Kadang-kadang kita suka underestimate terhadap kemampuan kita sendiri,” ungkapnya. Namun, dia menyadari di sisi lain, Indonesia kerap kali mengecewakan. Misalnya, ketika Indonesia ingin pertumbuhan ekonomi double digit, tetapi hasilnya jauh dari harapan.

Chatib mengutip kalimatnya yang pernah disampaikan dalam buku ‘Man of Contradictions: Joko Widodo and the struggle to remake Indonesia’ karya Ben Bland: “Indonesia always disappoints. It disappoints the optimists and it disappoints the pessimists too.”

Artinya: “Indonesia selalu mengecewakan. Mengecewakan yang optimis dan juga mengecewakan yang pesimis.”

Kendati mengecewakan, Indonesia pun tak pernah menjadi negara yang hancur. Meskipun, berkali-kali dikatakan akan hancur. Menurut Chatib, tidak terhitung kajian dan riset yang mengatakan Indonesia akan hancur. Namun, Indonesia tetap berdiri hingga saat ini.

“Indonesia at the cross road coba berapa banyak tulisan judul paper soal itu dari dulu begitu terus, enggak collapse-collapse juga.”

Oleh karena itu, Chatib berpesan jika masih ada orang pesimis saat ini, maka esok harus optimistis.

Chatib pun menambahkan pekerjaan besar Indonesia saat ini adalah menghindari middle income trap yang bisa membawa negara ini ‘tua sebelum kaya’.

Indonesia selama 30 tahun telah terperangkap dalam jebakan pendapatan menengah atau middle income trap. Oleh karena itu, dia menilai butuh langkah besar bagi bangsa ini untuk bisa naik kelas lagi menjadi negara berpendapatan tinggi.

Bonus demografi atau usia produktif yang melimpah di Indonesia akan terjadi di 2030, kata Chatib, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Karena bonus ini demografi ini hanya akan bertahan hingga 2050.

“Setelah itu, di 2050 dia mulai naik, jadi setelah 2050 Indonesia masuk secara gradual ke aging population. Jadi, tidak demographic bonus lagi,” jelas Chatib kepada CNBC Indonesia.

“Berarti ruang kita 2030 sampai 2050 itu 27 tahun. Berarti sebelum nanti tua atau banyak aging population, pertumbuhan ekonomi kita harus tumbuh tinggi,” kata Chatib.

Berkaca dari Jepang dan Korea Selatan yang juga memiliki masalah mengenai aging population. Saat Jepang dan Korea Selatan masuk ke dalam aging population, income per capita atau pendapatan per kapita kedua negara itu sudah mencapai masing-masing US$ 33.911 dan US$ 32.236.

Sementara di Indonesia, di mana saat ini baru saja ditetapkan oleh Bank Dunia sebagai negara kelas menengah atas, pendapatan per kapitanya baru mencapai US$ 4.580, dihitung berdasarkan Gross National Income (GNI) atau Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita.

“Bayangkan Indonesia kalau kita tumbuh terus sampai 2050, dengan kondisi pertumbuhan ekonomi 5% sampai 6%, pendapatan per kapita kita masih di bawah US$ 30.000,” kata Chatib.

“Kalau Jepang sama Korea Selatan yang pendapatan per kapita US$ 30.000 ke atas struggling, apalagi ini. Maka ada risiko Indonesia menjadi tua sebelum kaya. Itu adalah masalah. Pendapatan pajak mulai lambat, karena aging population orang gak kerja dia pajaknya kecil,” lanjutnya.

Oleh karena itu, Indonesia hanya memiliki tenggat waktu yang sebentar. Adapun, cara yang bisa ditempuh adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia harus tumbuh lebih cepat dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi harus 6% sampai 7%.

Sumber

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *