Hajinews.id – Sebaik-baik tempat bagi umat Islam adalah surga. Apa yang Allah sediakan bagi orang beriman. Surga begitu nikmat sehingga kenikmatan dunia tidak bisa dibandingkan.
Nikmatnya surga begitu indah, kita pasti merindukan surga, karena nikmat surga tidak bisa dibandingkan dengan nikmatnya dunia. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah:
وَجَزَىٰهُم بِمَا صَبَرُوا۟ جَنَّةً وَحَرِيرًا
“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.” (QS. Al Insan:12)
Namun, surga hanya disediakan bagi orang-orang yang beriman dan diharamkan bagi orang-orang kafir. Mereka yang menjadi penghuni surga antara lain: para Nabi, orang-orang yang jujur, syuhada, orang-orang yang saleh, orang-orang yang berbuat baik, orang-orang yang sabar, orang yang bertakwa, beriman dan beramal saleh, orang yang bertaubat, dan masih banyak lagi.
Semua orang pun pasti mengaku merindu surga, termasuk kaum Wanita. Lalu, siapakah mereka yang benar-benar jujur dengan pengakuannya bahwa mereka merindukan surga? Bagi Wanita, Allah Ta’ala menyebutkannya beberapa ciri atau karakter mereka yang perindu surga.
Seperti dalam firman Allah Ta’ala :
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“Sebab itu maka wanita yang saleha, ialah yang taat kepada Allah, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada. Hal itu karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An-Nisa’ : 34)
Potongan ayat tersebut mengumpulkan karakter sejati para Wanita yang jujur dengan pengakuannya bahwa mereka adalah para Wanita perindu surga. Menurut Ustadz M Saifuddin Hakim, ayat tersebut menggambarkan bahwa para Wanita perindu surga itu mengumpulkan dua karakter utama, yakni karakter yang berkaitan dengan hubungannya dengan Rabb-nya. Serta, karakter yang berkaitan dengan hubungannya dengan suaminya.
Karakter yang berkaitan dengan Rabb-nya, tergambarkan dalam firman Allah Ta’ala,
قَانِتَاتٌ
”..Yang taat kepada Allah”
Wanita yang “qaanit” adalah Wanita yang konsisten dan istiqamah dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala, menjaga ibadah kepada Allah Ta’ala, menjaga kewajiban-kewajiban yang harus dia tunaikan sebagai seorang muslimah, dan tidak melalaikan perkara syariat yang menjadi kewajibannya. Semua makna tersebut tercakup dalam sifat “qaanit”.
Karakter yang berhubungan dengan suaminya, tergambarkan dalam firman Allah Ta’ala,
حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ
“….memelihara diri ketika suaminya tidak ada”