Oleh: Dahlan Iskan
Hajinews.id – PENDAPAT paling kritis soal program hilirisasi tambang nikel, Anda sudah tahu: datang dari Faisal Basri. Ekonom Universitas Indonesia yang sangat populer.
Videonya beredar luas.
Tidak ada yang menanggapinya. Orang penasaran. Begitu buruknya ternyata hilirisasi nikel kebanggaan Menko Luhut B. Pandjaitan tersebut.
Sangat merugikan negara.
Sangat menguntungkan Tiongkok.
Baru kemarin saya tahu akhirnya ada orang yang menanggapi kritik Faisal Basri tersebut.
Anak muda. Umur 36 tahun. Satu kampus, UI, beda jurusan.
Anak muda ini lulusan akuntansi. Namanya: Septian Hario Seto.
Tanggapan Seto sangat rinci. Angka-angkanya lengkap. Cara menanggapinya mudah diikuti. Urut. Pakai nomor. Tiap nomor satu persoalan –yang dikritik seniornya sekampus itu.
Apakah Seto kenal secara pribadi Faisal?
“Kenal. Saya beberapa kali berbicara di satu forum yang sama,” ujar Seto yang kelahiran Jakarta itu.
“Pernah jadi mahasiswanya?”
“Tidak. Jurusan saya kan akuntansi, beliau ekonomi pembangunan,” kata Seto.
Tanggapan Seto itu ditulis di atas pesawat. Yakni dalam penerbangan 18 jam dari New York ke Singapura. Setelah satu jam transit, kemarin pagi, Seto mendarat di Jakarta.
Seto memang menyertai Luhut Pandjaitan ke Brasil. Yakni untuk melakukan kerja sama ternak sapi dan impor dagingnya.
Dari Brasil, Seto mendampingi Luhut ke Washington DC.
Luhut menemui pimpinan IMF: Кристалина Иванова Георгиева-Кинова. Ekonom asal Bulgaria. Anda mengenalnya dengan nama Kristalina Ivanova Georgieva-Kinova.
Luhut melakukan klarifikasi atas kritik Kristalina di soal yang sama: hilirisasi nikel. “Sudah beres. Kristalina sudah minta maaf,” kata Luhut Pandjaitan.
“Beliau juga akan menyampaikan klarifikasi atas pernyataannya itu di forum ASEAN dalam waktu dekat,” tambahnya.
“Kristalina balik memuji hilirisasi kita. Negara berkembang harus mengikuti cara Indonesia. Tidak boleh lagi ekspor bahan mentah,” kata Luhut.
Tanggapan Seto atas kritik Faisal Basri itu diberi judul tidak kalah keras: Sesat Berpikir Hilirisasi Faisal Basri.