Kisah Abu Nawas: Ditawari Jadi Menteri, Abu Nawas Malah Konsultasi ke Burung

Abu Nawas Konsultasi ke Burung
Abu Nawas Konsultasi ke Burung
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Abu Nawas kembali melakukan gerakan aneh. Kali ini, dia bahkan berkonsultasi dengan burung itu ketika raja menawarinya menjadi menteri.

Mendengar dari Abu Nawas bahwa Yang Mulia Raja Harun Rasyid berencana melakukan perombakan kabinet. Baginda Raja pun secara informal memberitahukan kepada Abu Nawas bahwa akan memeberikan jabatan menteri.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Seperti diketahui, Abu Nawas sangat tidak suka jabatan. Baginya, jabatan adalah musibah. Apalagi jabatan menteri.

Semasa hidup, ayah Abu Nawas yakni Syekh Maulana adalah seorang kadi atau hakim. Ketika ayahnya meninggal, Raja ingin menunjuk Abu Nawas sebagai penggantinya. Kala itu Abu Nawas tak berani menolak sehingga ia berlagak gila. Akibatnya, gagallah rencana Raja.

Begitu sudah dianggap waras, maka Raja mengangkat Abu Nawas menjadi semacam staf khusus. Jabatan tinggi tanpa pekerjaan yang njelimet.

Mengapa Abu Nawas menolak jabatan? Ini karena pesan ayahnya ketika sakit parah. Kala itu sang ayah memanggil Abu Nawas. “Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku.”

Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir ayahnya. la cium telinga kanan sang ayah, ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk. “Bagamaina anakku? Sudah kau cium?”

“Benar ayah!”

“Ceritakankan dengan sejujurnya, baunya kedua telingaku.”

“Aduh Ayah, sungguh mengherankan, telinga Ayah yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?” ujar Abu Nawas.

“Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?”

“Wahai ayahku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini.”

Berkata Syekh Maulana, “Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena aku tak suka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah risiko menjadi Kadi. Jika kelak kau menjadi Kadi maka kau akan mengalami hal yang sama, namun jika kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai kadi oleh Raja Harun Al Rasyid.”

Nah, itulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menjadi gila dalam menolak permintaan Raja menjadi kadi. Seorang kadi atau penghulu pada masa itu kedudukannya seperti hakim yang memutus suatu perkara.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *