Oleh: Joko Intarto
Hajinews.id – Sekarang sedang ramai berita ini: Seorang calon presiden dikabarkan berkampanye terselubung melalui tayangan adzan magrib di dua stasiun televisi nasional.
Dalam tangkapan layar yang beredar, calon presiden itu terlihat sedang posisi duduk bersimpuh. Ia tampak mengenakan baju putih dengan celana panjang motif batik.
Benarkah berita itu? Terus terang saya sudah sangat jarang menonton televisi. Karya content creator di Youtube dan Tiktok rasanya jauh lebih menarik. Meski banyak akun media sosial yang tingkat kengawurannya ‘’super-duper’’.
Saya coba cari di internet. Berita hanya saya peroleh dari news portal yang bukan mainstream. Saya tidak bisa mengonfirmasi kebenaran berita itu.
Bila berita itu benar, tentu saya sangat menyayangkan. Walau demikian, saya sangat bisa memahami jalan pikiran tim pemenangannya. Dengan menampilkan tokoh yang sedang salat, persepsi pemirsa diharapkan bisa berubah menjadi orang yang (seolah-olah) saleh.
Memang salah satu fungsi iklan adalah untuk membangun persepsi. Bila persepsi awalnya sudah positif, black campaign bisa mengubah citra seseorang menjadi negatif. Bula persepsi awalnya negatif, iklan akan memperbaiki persepsi tersebut. Walau hanya seolah-olah.
Dulu, 12 tahun lalu, saya juga pernah melakukannya dengan memproduksi konten adzan berbalut pesan sponsor. Ide muncul memanfaatkan fenomena banyaknya penonton televisi yang menunggu adzan magrib untuk berbuka puasa. Guyonannya, adzan magrib merupakan program siaran dengan rating tertinggi sepanjang Ramadan.
Produksi konten dilakukan tim Jagaters Studio tiga bulan sebelum Ramadan, dengan membuat perekaman adzan bergaya Masjidil Haram. Setelah rekaman suara beres, mulailah dibuat storyboard untuk mengisi visual atau videonya. Nah, storyboard inilah yang ditawarkan ke sponsor.