Saat Musibah Melanda, Umar Bin Khattab Dapat 4 Kenikmatan

Umar Bin Khattab Dapat 4 Kenikmatan
Umar Bin Khattab
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Dalam buku “Nashaihul Ibad” karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni, dijelaskan bahwa Umar bin Khattab Radiyallahu anhu mendapat 4 kenikmatan ketika terjadi musibah. Jika seseorang mengetahui dan memahami 4 kenikmatan dalam musibah , dia menjadi lebih kuat menghadapi cobaan dan kesengsaraan.

Diriwayatkan Umar bin Khattab bahwa ia berkata sebagai berikut, “Demi Allah, setiap kali aku mendapat musibah maka di situ selalu terdapat empat kenikmatan dari Allah. Yakni, pertama, musibah itu tidak mengenai agamaku. Kedua, karena musibah itu tidak lebih berat daripadanya. Ketiga, karena musibah itu tidak menghalangi ridha Allah. Keempat, karena dengan adanya musibah itu aku dapat mengharap pahala dari Allah” (Syekh Nawawi al-Banteni, Nashaihul Ibad).Umar bin Khattab menjelaskan, dalam musibah yang menimpa dirinya itu terkandung 4 kenikmatan. Pertama, musibah itu tidak menimpa agamanya. Karena musibah yang menimpa agama itu justru lebih berat dibanding yang menimpa pada badan dan harta kekayaan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kedua, musibah itu tidak seberat yang diterima oleh orang-orang zaman dulu sebelum Islam. Ketiga, musibah itu tidak menghalangi keridhaan Allah terhadap dirinya.

Keempat, dengan adanya musibah itu, Umar bin Khattab berharap mendapat balasan yang setimpal atau pahala dari Allah SWT. Dilansir dari kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008.

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam Kitab Syarah Kasyifah as-Saja Fi Syarhi Safinah an-Naja menjelaskan, bukti seorang hamba beriman kepada Allah SWT adalah beriman kepada qadha dan qadar. Sebagaimana disampaikan dalam sabda Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah SAW bersabda, “Segala sesuatu pasti sesuai dengan qodho dan qodar, bahkan kelemahan dan kecerdasan sekalipun.” Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah seseorang beriman kepada Allah hingga ia beriman dengan qadar, baik atau buruknya” (HR Tirmidzi).

Fasyani menyebut, pengertian beriman dengan qadar adalah kamu meyakini bahwa sesungguhnya Allah telah menakdirkan kebaikan dan keburukan sebelum menciptakan makhluk, dan meyakini sesungguhnya segala sesuatu yang terwujud adalah sesuai dengan qadha dan qadar Allah. Dialah yang Maha Menghendaki semuanya.

Sayyid Abdullah al-Murghini berkata, “Beriman dengan qodar adalah membenarkan bahwa segala sesuatu yang telah wujud dan yang akan wujud adalah sesuai dengan takdir Allah yang berkata kepada segala sesuatu, ‘Jadilah!’ Maka sesuatu itu jadi, baik atau buruk, bermanfaat atau berbahaya, manis atau pahit.”

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *