Khutbah Jumat Akhir Bulan Safar: Menjaga Lisan di Era Digital

Menjaga Lisan di Era Digital
Menjaga Lisan di Era Digital
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ خَلَقَ الْإِنْسَانَ، عَلَّمَهُ الْبَيَان، وَحَذَّرهُ مِنْ آفَاتِ الْلِّسَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلـٰه إِلَّا الله، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، شَهَادَةً تَفْتَحُ لِقَائِلهَا أَبْوابَ الْجِنَان، وَتُغْلِقُ عَنْهُ أَبْوابَ النِّيِرَان، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، الْمُؤيَّدُ بِالْمُعْجِزَاتِ وَالبُرهَان، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، أَهْلَ الْبِرِّ وَالْإِيمَانْ، وَسَلَّمَ تَسْلِمًا كَثِير
أَمَّا بَعْدُ: أَيُّها النَّاس؛ اتَّقوا الله تعالىٰ تحفَّظوا مِن ألسنتكم، واحْذروا مِن عواقبِ كلامِكم. قالَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴾. (الأحزاب: 70-71). فاتَّقوا الله؛ عباد الله وتحفظُّوا مِن ألسنتكم، وزِنُوا كلامكم، فإنَّ الكلام يُحْصىٰ عليكم، ويكتبُ فِي صحائفكم .﴿ مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ﴾ ( ق: 18)

Kaum muslimin Rahimakumullah

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Marilah kita selalu meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dengan berusaha sekuat tenaga untuk mengerjakan apa yang telah diperintahkan Allah SWT. dan mencurahkan sekuat tenaga meninggalkan segala apa yang dilarang Allah SWT.

Kaum muslimin Rahimakumullah

Salah satu bentuk perintah Allah yang harus kita laksanakan sebagai konsekwensi dari ketaqwaan kita kepada Allah yaitu menjaga lisan dari segala hal yang menyebabkan kita terjerumus kepada kekufuran dan kemusyrikan hingga mengakibatkan kita masuk neraka. Dalam surat Qaf: 18 Allah berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّالَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 18)

Penggunaan lafadz “ladaih” menunjukkan betapa dekatnya kedua malaikat yang mencatat amal manusia yaitu Raqib dan Atit sehingga setiap perkataan yang keluar dari lisan manusia tidak akan bisa lepas dari catatan keduanya (al-Nasafi: Madarik al-Tanzil wa Haqaiq al-Ta’wil: III, 365)

Lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang amat besar dan salah satu ciptaan Allah yang menakjubkan, bentuknya kecil namun mempunyai peran yang sangat besar dalam ketaatan dan kemaksiatan seseorang, bahkan kekufuran dan keimanan seseorang tidak akan bisa diketahui dengan jelas kecuali dengan persaksian lisannya, dari lisannya seseorang akan diketahui seberapa besar kwalitas keimanannya, dan dari lisannya pula seseorang akan diketahui identitas kekufurannya.

Selain merupakan nikmat Allah, lisan juga merupakan salah satu ayat-ayat Allah yang kepadanya Allah menunjukkan 2 jalan yaitu jalan kebaikan dan kejelekan, kebenaran dan jalan kesesatan. Dalam surat al-Balad: 9-10 Allah berfirman:

وَلِسَاناً وَشَفَتَيْنِ وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ

“Lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Al-Balad: 9-10)

Lisan adalah raja atas semua anggota tubuh. Semua tunduk dan patuh kepadanya. Jika ia lurus, niscaya semua anggota tubuh ikut lurus. Namun jika ia bengkok, maka bengkoklah semua anggota tubuh. Nabi SAW bersabda:

إِذَاأَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُوْلُ: اِتَّقِ اللهَ فِيْنَا فَإِنَّمَانَحْنُ بِكَ فَإِنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنِ اعْوَجَجْتَ اِعْوَجَجْنَا.

“Apabila anak cucu Adam masuk di waktu pagi hari, maka seluruh anggota badan tunduk kepada lisan, seraya berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah dalam menjaga hak-hak kami, karena kami mengikuti-mu, apabila kamu lurus, maka kami pun lurus, dan apabila kamu bengkok, maka kami pun bengkok’.” (HR. al-Tirmidzi dan Ahmad)

Seorang manusia bisa masuk surga disebabkan lisannya. Apabila benar lisannya, maka dia akan mendapatkan pahala, dan sebaliknya bila salah maka dia mendapatkan dosa. Lisan manusia bisa mewujudkan dzikir, tasbih, dan tahlil, atau membaca al-Qur`an, atau ucapan amar ma’ruf nahi munkar, berbuat baik kepada manusia, dan mengajak mereka kepada kebaikan. Lisan adalah salah satu nikmat Allah jika dipergunakan oleh hamba untuk kebaikan, petunjuk dan keshahihan.

Kaum muslimin Rahimakumullah

Lisan senang mengembara ke tempat yang tak bertujuan, lahannya sangat luas tidak terbatas dan bertepi. Ia memiliki peran yang sangat besar di lahan kebajikan dan lahan keburukan. Maka barangsiapa yang mengumbar lisannya dengan bebas dan tidak mau mengendalikannya, maka setan akan menggiringnya ke dalam segala sesuatu yang dia ucapkan.Lalu menyeretnya ke jurang kehancuran, dan selanjutnya jatuh ke dalam kebinasaan.

Tidak ada seorang pun yang dapat selamat dari tergelincirnya lisan kecuali orang-orang yang mau mengendalikannya dengan tali kekang syariat, sehingga lisannya tidak mengucapkan kecuali sesuatu yang memberi manfaat di dunia dan di akhirat. Imam Abi Dawud meriwayatkan bahwa suatu ketika Aisyah mengatakan tentang shafiyah kepada Rasulullah:

حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كَذَا وَكَذَا، تَعْنِيْ قَصِيْرَةً، فَقَالَ: لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْمُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ.

“Cukuplah bagi baginda bahwa Shafiyah itu orangnya begini, begini. ”Maksudnya tubuhnya pendek. Maka Nabi bersabda kepadanya, “Engkau telah mengucapkan suatu perkataan yang bila dicampur dengan air laut niscaya dia akan merubahnya.” (HR. Abu Dawud)

Terkait dengan keharusan menjaga lisan ini Imam an-Nawawi menyatakan: “Ketahuilah bahwa setiap mukallaf harus menjaga lisannya dari semua perkataan kecuali perkataan yang di dalamnya terdapat kemaslahatan yang jelas. Dan ketika perkataan itu mubah, sedangkan dalam meninggalkannya terdapat maslahat maka disunahkan untuk menahan diri darinya. Karena terkadang perkataan yang mubah akan menyeret manusia menuju keharaman atau kemakruhan, bahkan ini menjadi hal yang umum di dalam adat kebiasaan, sedangkan keselamatan maka tidak ada sesuatu pun yang menyamainya.” Rasulullah saw bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْلِيَصْمُتْ.

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hen-daklah dia berkata baik atau diam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Hadits yang disepakati keshahihannya ini merupakan nash yang sharih, bahwasanya tidak seharusnya seseorang berbicara melainkan apabila perkataan tersebut baik, yaitu yang tampak jelas maslahatnya, dan ketika ragu tentang kejelasan maslahatnya, maka janganlah berbicara.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *