Kultum 212: Dua Perbedaan Orang Berilmu dan Tidak Berilmu

Perbedaan Orang Berilmu dan Tidak Berilmu
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Berdasarkan beberapa riwayat, bisa dipahami bahwa banyak orang yang ahli ibadah namun tanpa ilmu. Mereka inilah yang dalam beberapa riwayat tersebut dikatakan sebagai ahli ibadah tapi bodoh. Sebaliknya, orang alim adalah, mereka yang memiliki ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan yang diterima melalui para Nabi dan Rasul.

Rasulullah Shallalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “keutamaan orang alim dibanding dengan orang yang ahli ibadah, seperti keutamaanku terhadap orang yang paling rendah dari kalian”. Tentu saja tidak hanya sampai di sini. Yang disebut orang alim yaitu orang yang berilmu serta mau mengamalkannya.

Dengan demikian maka atas dasar ilmunya tersebut, mereka mampu melakukan berbagai bentuk ibadah yang sesui dengan ajaran islam. Juga dengan ilmu yang telah mereka miliki, mereka dapat mengajarkan jalan-jalan kebaikan kepada orang lain. Atas dasar hal ini, maka sesungguhnya orang alim yang mengamalkan ilmunya, itu lebih baik dari pada orang bodoh yang sekedar ahli ibadah.

Di dalam Al-Qur’an, kita juga bisa memahami beberapa perbedaan orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Pertama, orang berilmu berbeda dengan orang tidak berilmu sebagaimana perbedaan penduduk surga dan neraka. Allah Subhanahu waa’ala berfirman,

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ

وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya:

Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (QS. Az-Zumar, ayat 9).

Di dalam tafsir Kemenag dijelaskan bahwa ada sebagian orang (termasuk orang kafir) yang  memohon kepada Allah hanya saat mereka tertimpa bencana. Tetapi ada pula orang yang beribadah pada waktu malam dengan membaca Al-Qur’an, shalat, dan berzikir dalam sujud dan berdiri karena cemas dan takut kepada azab Allah di akhirat dan mengharapkan rahmat Allah. Atas dasar itu, Nabi Muhammad diperintahkan untuk bertanya “Apakah sama orang-orang yang mengetahui, berilmu, berdzikir, dan melaksanakan shalat, dengan orang-orang yang tidak mengetahui, tidak berilmu, dan selalu mengikuti nafsunya. Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat dan berpikiran jernih yang dapat menerima pelajaran serta mampu membedakan antara kebenaran dan kebathilan.

Kalau hanya sampai pada ayat ini mungkin apa yang dimaksud ayat tersebut belum begitu mudah dipahami. Namun jika kita padukan dengan ayat lain yang senada dengan ayat ini, kita akan menemukan jawaban dari kesulitan memahami ayat tersebut. Di dalam ayat lain, kita temukan firman Allah,

أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ

كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

Arinya:

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (QS. Ar-Ra’du, ayat 19).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *