‘Hantu’ CIA Dimunculkan Lagi, Ada Apa Ya..???

Hantu CIA
hantu CIA
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Erros Djarot, budayawan, tinggal di Jakarta.

Benarkah demikian adanya? Jawabannya bisa YA dan bisa TIDAK. Karena penggelontoran isu sensitif ini bisa dibaca hanya merupakan bagian dari ekspresi ketidakyakinan diri bahwa Pemilu-Pilpres 2024 akan berjalan sesuai harapan. Dengan kata lain, calon yang dijagokan berada dalam kondisi masih belum pasti 100% bakal keluar sebagai pemenang (???). Sebaliknya, bisa sangat masuk akal juga bila sikap negara Uncle Sam yang sangat anti Cina, via lembaga CIA-nya melakukan manuver politik. Tujuannya agar Calon Presiden yang diusung partai dan pemimpin negara yang di mata Amerika terindikasi sangat pro Cina, wajib dihadang jangan sampai keluar sebagai pemenang dalam Pilpres 2024.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dalam kesimpangsiuran teori konspirasi di atas, entah mengapa dalam perenungan panjang yang saya lakukan, justru rangkaian peristiwa Gerakan Reformasi yang terjadi di tahun 1998, secara flashback kembali hadir memenuhi benak yang cukup menyesakkan dada ini. Ada rasa trauma yang begitu tajam menghujam pikiran. Perasaan tak nyaman ini dipicu oleh campur aduk hadirnya teori konspirasi di atas dengan perilaku para petinggi negara pengelola perekonomian nasional yang belakangan ini sangat aktif menebar berita gembira seputar prestasi capaian ekonomi nasional. Justru dalam situasi Indonesia yang sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Akan hal ini, saya jadi teringat kenangan sebuah percakapan dengan almarhum Om Cum, begawan ekonomi Indonesia, Profesor Sumitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo Subianto. Beliau sempat berpesan menjelang terjadinya pergantian rezim Orde Baru ke rezim Reformasi…”Jangan pernah melupakan bahwa penilaian terhadap kualitas kehidupan nyata mayoritas rakyat sehari-hari, harus menjadi acuan utama. Bukan deretan angka-angka statistik yang digelontorkan oleh para petinggi pengelola perekonomian negara belakangan ini…” Pesan ini disampaikan kepada saya, ketika saat itu Indonesia dalam keadaan sedang tidak baik-baik saja.

Nah, belakangan ini pun, di saat Indonesia sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja, para menteri dan menko perekonomian, bahkan Presiden sendiri, begitu gencar dan seringnya membanggakan capaian kerja pemerintah di sektor ekonomi yang serba prima dan membanggakan. Dengan gencarnya cerita sukses versi pemerintah ini, bermodalkan pesan Om Cum, saya jadi malah terdorong untuk lebih menukik mengamati realita kehidupan mayoritas rakyat dalam mengelola perekonomiannya.

Mengamati kehidupan nyata mayoritas rakyat di wilayah urban kota, perkampungan dan desa, kondisi perekonomian mereka ternyata tidak selalu berjalan paralel dengan cerita sukses ekonomi versi penguasa. Yang kasat mata justru kian melebarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Keluhan hidup makin susah pun, mulai terdengar cukup ramai di lingkar kehidupan mayoritas rakyat papan bawah.

Di sisi lain, capaian prima ekonomi nasional versi penguasa ini justru sangat terlihat nyata dan benar adanya dalam kehidupan masyarakat papan atas (kaum the have). Dapat dilihat dalam pola dan gaya hidup keluarga para pengendali perekonomian nasional. Lewat unggahan aktivitas mereka di media sosial, secara kasatmata dapat disaksikan pameran gaya hidup keluarga para taipan, para konglomerat hitam, para saudagar kelas kakap, dan keluarga para pejabat (terindikasi) korup yang ekstra serba ‘wah’.

Dengan realita ini, yang mengemuka dan sangat menyita konsentrasi pemikiran saya, justru malah masalah penegakan hukum yang berkeadilan dan kualitas penegakan keadilan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, secara menyeluruh. Karena faktor inilah yang berdasarkan telaah saya berpotensi besar dapat mengundang hadirnya bencana nasional seperti kejadian di masa lalu.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *