Daftar Donatur Palestina
Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Pembaca yang dirahmati Allah,
Hajinews.id – Satu hal yang mungkin penting untuk diketahui adalah kapan dalam aspek apa derajat orang berilmu bertambah. Tentu saja dalam hal ini baiknya derajat karena berasal dari ilmu naafi’an (ilmu yang bermanfaat) dan amal saleh. Mari kita coba menelaah beberapa ayat yang berhubungan dengan ilmu yang bermanfaat ini.
وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ
عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
Artinya:
Dan Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap (QS. Al-Isra’, ayat 108).
قُلْ اٰمِنُوْا بِهٖٓ اَوْ لَا تُؤْمِنُوْاۗ اِنَّ الَّذِيْنَ
اُوْتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهٖٓ اِذَا يُتْلٰى عَلَيْهِمْ
يَخِرُّوْنَ لِلْاَذْقَانِ سُجَّدًاۙ
Artinya:
Katakanlah (Muhammad), berimanlah kamu kepadanya (Al-Qur’an) atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah), sesungguhnya orang yang telah diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al-Qur’an) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah, bersujud (QS. Al-Isra’, ayat 107).
وَّيَقُوْلُوْنَ سُبْحٰنَ رَبِّنَآ
اِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُوْلًا
Artinya:
dan mereka berkata, “Mahasuci Tuhan kami; sungguh, janji Tuhan kami pasti dipenuhi” (QS. Al-Isra’, ayat 108).
Di dalam Tafsir Al-Mukhtashar, Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram), ayat 106 ini dijelaskan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dengan keterangan yang jelas, dengan harapan agar Rasulullah membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Yang demikian itu agar lebih mudah untuk dipahami dan diperhatikan. Allahlah yang menurunkannya secara berangsur-angsur dan bertahap sesuai dengan peristiwa dan kondisi tertentu.
Sementara itu, ayat 107 di atas dijelaskan bahwa ‘keimanan’ manusia yang diseru oleh Rasulullah tidak akan memberinya satu kelebihan apapun. Sebaliknya, jika ‘tidak beriman’ pun hal tersebut tidak akan memberinya suatu kekurangan apapun. Sungguh orang-orang yang membaca kitab-kitab samawi terdahulu dan mengetahui adanya wahyu dan kenabian, apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, maka mereka segera menyungkurkan wajah bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur kepada-Nya.
Adapun dalam sujudnya mereka memuji Allah Subhanahu wata’ala. Dalam pujiannya mereka mengatakan, “Sungguh, Maha Suci Tuhan kami dari sifat menyelisihi janji, apa yang Dia janjikan berupa diutusnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam telah terjadi, sesungguhnya semua janji-janji Tuhan kami pasti akan terjadi”.
Di dalam 3 ayat dari surat Al-Isra’ tersebut ditunjukkan bahwa orang yang berilmu itu berbeda dari orang yang tidak berilmu dalam beberapa hal. Pertama, orang yang berilmu memahami bahwa Al-Qur’an diturunkan secara berangsur dan bertahap itu karena disesuaikan dengan latar peristiwa dan kondisi yang membutuhkan.
Kedua, orang yang berilmu itu jika memahami bahwa, Al-Qur’an itu baik dipercaya atau tidak, tidak akan menambah ataupun mengurangi apapun terhadapnya. Ketiga, Al-Quran itu adalah wahyu dan kenabian yang jika dibacakan kepada orang yang berilmu, mereka segera menyungkurkan wajah untuk bersujud kepada Allah tanda syukur kepada-Nya. Keempat, di dalam sujud mereka, orang yang berilmu akan memuji Allah Subhanhau waa’ala, dan kelima, orang yang berilmu memahami bahwa semua janji Allah pasti dipenuhi.
