Analisa Susi Pudjiastuti Tentang Alasan Banyaknya Proyek Gagal di Era Jokowi Berbeda dengan Rizal Ramli

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id – Pernyataan Pakar ekonomi sekaligus tokoh perubahan Indonesia Dr. Rizal Ramli yang menyebut banyaknya proyek strategis yang gagal dalam pemerintahan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) ditanggapi Susi Pudjiastuti.

Sejumlah proyek yang disinggung Rizal Ramli di antaranya, pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Selanjutnya, kerjasama dengan Tesla untuk membangun pabrik di Indonesia.

Begitu juga dengan kerjasama dengan Saudi Aramco dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap, Jawa Tengah.

Kemudian soal Proyek Rempang Eco City yang kini mendapatkan penolakan oleh warga setempat.

Alasannya karena masyarakat Melayu yang ada di Pulau Rempang menolak direlokasi dari tanah kelahirannya.

Sejumlah kegagalan yang terjadi di era Kepemimpinan Jokowi itu dinilai Rizal Ramli karena para pejabat tinggi sangat mudah dibohongi oleh investor.

“Kok pejabat2 tinggi Indonesia mudah dikibuli calon2 investor? Ini diumumkan Presiden, Menko & Mentri, Contoh: UAE akan investasi kilang milyaran $ di Kaltim, Soft bank invest $100 milyar, Tesla pabrik battery, Aramco di Cilacap,” ungkap Rizal Ramli lewat status twitternya @RamliRizal pada Rabu (20/9/2023).

“Semuanya zong! Rempang, nilai investasi abal2,” tegasnya.

Pernyataan Rizal Ramli disanggah, Susi Pudjiastuti.

Dirinya menilai investor yang datang ke Indonesia tidak membohongi pemerintah.

Alasan gagalnya proyek strategis dinilainya karena rumitnya regulasi di Indonesia.

Sehingga para investor memilih mundur dan enggan berinvestasi di Indonesia.

“Saya rasa mrk/investor tidak ngibul sih Bang. Tapi sy pikir proses terjadinya sangat di negeri kita. Banyak vested interest dan regulasi yg rumit2 yg akhirnya mereka pilih mundur,” ungkap Susi Pudjiastuti.

“Investasi/ usaha pelaku dalam negeri yg sudah lama saja susah hidup karena segala sesuatunya begitu sulit,” tambahnya.

Pro dan kontra pun mengisi kolom komentar dalam postingannya tersebut.

Sebagian sepakat dengan Rizal Ramli, sebagian lainnya menilai gagalnya investasi karena buruknya kepastian hukum dan perkembangan politik dalam negeri.

@susipudjiastuti: Saya rasa mrk/investor tidak ngibul sih Bang. Tapi sy pikir proses terjadinya sangat di negeri kita. Banyak vested interest dan regulasi yg rumit2 yg akhirnya mereka pilih mundur. Investasi/ usaha pelaku dalam negeri yg sudah lama saja susah hidup karena segala sesuatunya begitu…

@AryaWidipa: Kok statemen Bu Susi lebih masuk akal..

@Imertomo: krn rizal ramli pernah di pemerintahan. maka kelakuannya sebelas dua belas sama pemerintah

@AriskaPutraS: Mungkin saja bukan calon investor yg ngibulin Pak, tapi MEREKA YG NGIBUL mengada2 supaya dibilang negosiator hebat.
Pak RR kayak ngga tau siapa mereka aja…

@DidikHe33367706: Tesla…dikejar kejar Sampai datang ke Amerika…..Eehhhh Malah ke Negeri Seberang Tesla Investasinya…..

@Boediantar4: Anehnya sampai ngusir penduduk asli. Tentara mau piting segala

@RatunyaTagar: Saya juga heran pak, itu kok bisa pejabat kek gitu. Kita pedagang kecil aja nih, sangat memperhatikan hasil bakal untung atau rugi. Apalagi dalam bentuk Investasi, harusnya lebih teliti lagi sebab skalanya sangat gede.

@RajaAlangalang1: Mungkin di awal pembicaraan investasi tak sebesar itu pak.
Hanya di kemudian hari invest.. akan bertambah sebesar nilai yg di sebutkan itu,seiring perkembangan dri perusahasn investor tsb. Hanya pejabat kita aja yg dh kepede an walau hanya baru mnyebut angka.

Fakta Pernyataan Rizal Ramli Soal Gagalnya Proyek Strategis di Era Pemerintahan Jokowi:

1. Gagal Dibiayai UAE, Dapat Dana dari Amerika Serikat

Pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) senyatanya telah dimulai sejak Mei 2019.

Estimasi investasi yang diperlukan untuk proyek tersebut sekitar 5,5 miliar dolar As

Pembangunan RDMP RU V Balikpapan merupakan kilang RDMP pertama yang telah dijalankan Pertamina dari keseluruhan rencana pengembangan kilang, yakni empat RDMP dan dua kilang baru (Grass Root Refinery).

Pada bulan November 2019, Pertamina telah mengeluarkan Preliminary Information Memorandum kepada investor terseleksi yang telah menyatakan minat dan komitmennya terhadap proyek RDMP RU V Balikpapan.

Antara lain GIC Pte Ltd asal Singapura dan Mubadala asal Uni Emirat Arab (UEA).

Namun dalam perkembangannya, Mubala diduga menyatakan mundur.

Sebab tidak ada kelanjutan perjanjian dalam kurun waktu tiga tahun belakangan.

Gagal mendapatkan pendanaan dari UAE, PT Pertamina (Persero) melaksanakan kegiatan Project Financing Closing Ceremony Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan di Ballroom Grha Pertamina, Jumat (23/6/2023).

Kegiatan tersebut merupakan bagian dari langkah percepatan penyelesaian RDMP Kilang Balikpapan yang merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN).

Kegiatan tersebut menjadi batu pijakan penting dalam perkembangan proyek tersebut.

Pasalnya, Pertamina berhasil memperoleh dukungan pendanaan dengan nilai lebih kurang 3,1 miliar dollar Amerika Serikat (AS).

Pendanaan dipercayakan oleh para lender, yakni export credit agency, seperti KEXIM, K-SURE, SACE, dan US EXIM, serta 22 institusi perbankan.

Pendanaan diberikan kepada Subholding Refining and Petrochemical Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Balikpapan sebagai anak usaha PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).

Pada acara Closing Ceremony Project Financing RDMP Kilang Balikpapan, Wakil Menteri BUMN I Pahala N Mansury mengatakan bahwa dengan dukungan pendanaan ini Pertamina dapat menyelesaikan RDMP Kilang Balikpapan.

Terselesaikannya proyek RDMP tersebut akan memberi dampak positif pada ketahanan energi nasional.

“Keberhasilan pembiayaan proyek RDMP Kilang Balikpapan ini tentunya merupakan suatu prestasi untuk Pertamina. Selamat untuk PT KPI dan seluruh tim. Ini merupakan project financing terbesar di Indonesia sampai dengan saat ini,” ungkap Pahala dikutip dari Kompas.com pada Sabtu (24/6/2023).

2. Tesla Gagal Investasi di Indonesia, Luhut Mengaku Tidak Khawatir

Dikutip dari Kompas.com, Tesla Inc sebelumnya dikabarkan akan berinvestasi ke Indonesia.

Tapi, diketahui belakangan ini ternyata langkah tersebut ditunda oleh Tesla.

Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku tidak khawatir.

Pada Maret 2023, Luhut mengatakan bahwa negosiasi dengan CEO Tesla Elon Musk sudah mengalami kemajuan.

Negosiasi tersebut juga mengisyaratkan adanya titik terang soal investasi Tesla ke Indonesia.

Namun, diketahui bahwa investasi Tesla beralih ke negara tetangga, yakni Thailand.

Kemudian, Tesla juga mendirikan kantor di Malaysia dan nampaknya juga akan berlanjut ke investasi.

“Maksud saya, jika Anda tidak bisa berinvestasi di Indonesia untuk saat ini, tidak masalah dan Elon juga sangat berterima kasih kepada kami,” kata Luhut, dikutip dari CEO Forum of ASEAN Bloomberg, di Jakarta, Rabu (6/9/2023).

Luhut menambahkan, Elon memberikan pesan yang sangat jelas terkait kondisi perekonomian secara global.

Selain itu, Tesla juga memiliki kekhawatiran dengan berlebihnya kapasitas di industri kendaraan listrik.

Sehingga, mereka tidak akan melakukan pengeluaran dalam jumlah besar untuk satu tahun atau dua tahun ke depan.

“Bahkan, mereka menunda investasinya di Meksiko. Sebab, jika saya tidak salah, produksi mereka 3 juta unit. Tapi, pasar hanya bisa menyerap sekitar satu koma sekian juta saja.

Luhut mengatakan, Tesla tetap melihat Indonesia sebagai prioritas untuk berinvestasi.

Musk akan mengunjungi Indonesia pada Oktober 2023 untuk melakukan pembicaraan antara pemerintah dan layanan internet satelitnya, yakni Starlink.

Dengan layanan tersebut, menurut Luhut, dapat membantu menghubungkan daerah-daerah pedesaan di Indonesia, terutama di bagian timur, untuk akses yang lebih baik ke layanan pendidikan dan kesehatan.

3. Gagal Kerja Sama dengan Aramco, Ini Alasan Pertamina

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan alasan pihaknya tak melanjutkan kerja sama dengan Saudi Aramco dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap, Jawa Tengah.

Menurut dia, kerja sama tersebut batal akibat tak tercapainya titik temu mengenai valuasi kilang tersebut.

“Jadi permasalahannya dari perbedaan valuasi. Bagaimana valuasi menilai dari eksisting kilang Cilacap ini ada perbedaan harga 1,1 miliar dollar AS. Itu kalau dibandingkan dengan nilai buku, itu kan aset BUMN,” ujar Nicke dikutip dari Kompas.com saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (29/6/2020).

Nicke menjelaskan, pihaknya tak mungkin melanjutkan kerja sama tersebut karena angka yang ditawarkan Saudi Aramco jauh di bawah valuasi yang ditetapkan perseroannya.

“Jadi itu tidak mungkin kita bisa lepas karena di bawah nilai buku yang angkanya sebesar itu tentu akan bahaya. Oleh karena itu kita sepakat untuk tidak sepakat. Jadi kita putus pisah baik-baik di akhir April,” kata Nicke.

Saat ini, lanjut Nicke, ada beberapa investor yang tertarik menanamkan modalnya di proyek tersebut.

Sayangnya, dia enggan merinci dari mana asal investor tersebut.

“Ini sudah mulai ada dua investor yang serius. Ada beberapa lagi yang sedang approach, ya kita akan lakukan proses pemilihan lagi,” ucap dia.

Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap sudah digagas sejak 2015 dengan ditandatanganinya Heads of Agreement (HOA) antara Pertamina dengan Saudi Aramco pada November 2015.

Proyek ini diperkiraan akan menelan investasi mencapai 5,5 miliar dollar AS.

Rencananya kapasitas proyek RDMP Cilacap ini akan bertambah menjadi 400.000 barrel per hari dengan hasil produk yang memenuhi spesifikasi Euro V, petrokimia dasar (basic petrochemical), dan Group II Base Oil untuk pelumas.

4. Jika Proyek Rempang Eco City Gagal, Indonesia Rugi Segini

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia ngotot melanjutkan proyek Rempang.

Menurutnya proyek tersebut bernilai fantastis dan justru akan merugikan negara dan warga apabila gagal.

Bahlil pun menyebut investasi tersebut diperlukan untuk menggerakkan roda ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

Dilansir dari Tribunnews.com, hal itu diungkapkan Bahlil, pada Senin (18/9/2023).

“Investasi itu bukan seperti menanam buah dari sebuah pohon. Kita ini berkompetisi. FDI (Foreign Direct Investment/Penanaman Modal Asing) global terbesar itu sekarang ada di negara tetangga, bukan di negara kita,” ucap Bahlil.

“Ini kita ingin merebut investasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Kalau kita tunggunya terlalu lama, emang dia mau tunggu kita. Kita butuh mereka tapi juga kita harus hargai yang di dalam,” imbuhnya.

Menurut Bahlil, jika proyek di Rempang ini gagal maka Indonesia dan warga justru mengalami kerugian besar.

Baik dari segi pendapatan pemerintah maupun perekonomian masyarakat jika potensi investasi tersebut tidak berhasil direalisasikan.

Bahlil mengatakan bahwa investasi di Rempang tersebut totalnya mencapai Rp 300 triliun lebih.

Sementara di tahap pertama nilainya sudah mencapai Rp 175 triliun.

“Ini investasinya total Rp 300 triliun lebih, tahap pertama itu Rp 175 triliun. Kalau ini lepas, itu berarti potensi pendapatan asli daerah (PAD) dan penciptaan lapangan pekerjaan untuk saudara-saudara kita di sini itu akan hilang,” tegasnya.

Dikatakan Bahlil, seluas 17 ribu hektare pulau Rempang akan direvitalisasi menjadi sebuah kawasan.

Di antaranya 1mencakup sektor industri, perdagangan, hunian, dan pariwisata yang terintegrasi.

Pasalnya inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kawasan Asia Tenggara.

Untuk tahap awal, Bahlil bilang kawasan ini sudah diminati oleh perusahaan kaca terbesar di dunia asal Tiongkok.

Di mana perusahaan tersebut berencana akan berinvestasi senilai 11,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 174 triliun sampai dengan 2080.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *