Gus Yahya dan Hilangnya Politik Kebangsaan PBNU?

Gus Yahya dan Hilangnya Politik Kebangsaan PBNU?
Gus Yahya
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: M Romadhon MK Peneliti di Rumah Politik Kesejahteraan (RPK)

Hajinews.co.id – MENCERMATI sikap Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam menyikapi Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dan PKB belakangan ini terkesan tampak kurang luwes dan cenderung kasar. Figur-figur Ketum PBNU sebelumnya dikenal memiliki sikap wise (kebijaksanaan) luas, tetapi sepertinya itu tak tampak pada kepemimpinan kali ini. Sebaliknya yang menonjol ialah sikap reaktif dan jauh dari kata matang.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Bagaimana tidak? Apa yang dilakukan Cak Imin dan PKB selama ini sepertinya tak pernah luput dari klarifikasi Gus Yahya. Tidak hanya soal sibuk memberikan klarifikasi, tetapi juga kerap inkonsisten, antara apa yang diucapkan dan yang dipraktikkan. Misalnya, PBNU mengaku menjaga jarak dengan politik praktis. Namun, realitasnya dalam kepengurusan banyak diisi orang-orang partai. PDI Perjuangan dan Golkar, misalnya.

Kemudian pascadeklarasi Anies-Cak Imin, PBNU tampak tergopoh-goboh menggelar konferensi pers, yang intinya ingin menegaskan tidak ada capres atau cawapres dari PBNU. Padahal, tidak perlu ada penegasan pun, semua orang juga sudah tahu. Ironisnya, di sisi lain, endorsement PBNU untuk Erick Thohir makin kenceng dan ugal-ugalan.

Berkaca pada hal tersebut, demi mencari pembenaran apa yang sudah telanjur dilontarkan, tak jarang Gus Yahya kerap mematahkan klarifikasi dirinya sendiri. Begitu seterusnya. Hingga tak sadar, PBNU telah lebih aktif berpolitik praktis ketimbang PKB yang memang sebagai parpol. Ini yang tampaknya dirasakan warga nahdliyin di akar rumput. Pertanyaannya, memang boleh se-PBNU itu? Ini jelas anomali.

Dalam teori psikologi, ada dua hal yang mengakibatkan seseorang kerap mengalami inkonsistensi. Pertama, karena sindrom disonansi kognitif. Konsep ini, dalam psikologi, mengacu pada ketidaksesuaian antara keyakinan, nilai, atau pandangan seseorang dengan perilaku atau tindakan mereka sendiri. Ketika seseorang mengalami disonansi kognitif, mereka mungkin tidak konsisten dalam mempertahankan keyakinan atau omongan mereka dengan tindakan nyata.

Kedua, bisa jadi karena adanya hipokrisi. Teori ini merujuk pada tindakan seseorang yang tidak sesuai dengan omongan atau nilai-nilai yang mereka tampilkan, atau teriakkan kepada orang lain. Salah satu penyebabnya antara lain adanya tekanan sosial, ketidakmampuan memenuhi standar tinggi, pembenaran diri, dan menganggap pentingnya image sosial.

Naifnya, sikap inkonsistensi PBNU ini terus dirawat. Tujuannya tak lain demi mencari pembenaran-pembenaran atas perilaku politiknya yang dinilai publik berat sebelah. Dalam klarifikasi terbarunya pada 15 September 2023, Gus Yahya meralat bahwa PKB dibentuk oleh PBNU (Kompas TV), di mana sebelumnya hal itu ditampik, bahwa PKB tidak ada irisannya dengan PBNU.

Begitu pula dengan sejumlah pengurus yang ikut terjun ke politik praktis, Gus Yahya kembali meralatnya. Ini setelah Yenny Wahid bertemu dengan Prabowo, serta adanya sejumlah pengurus lain yang ikut cawe-cawe dalam politik praktis. Ia kembali meralat ulang bahwa semua pengurus diperbolehkan berpolitik, kecuali rais aam dan wakil rais aam, serta ketua umum dan wakil ketua umum (Kompas TV).

Pernyataan Gus Yahya ini tentu kontradiktif dengan apa yang sampaikan pada 5 September 2023 seusai Cak Imin dan Anies deklarasi. Gus Yahya dalam konferensi persnya dengan tegas melarang pengurus PBNU terlibat politik praktis (Metro TV News).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *