Fenomena “Negara Keluarga Presiden Jokowi” dan PSI

Negara Keluarga Presiden Jokowi dan PSI
Kaesang
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



By : MN LAPONG

Hajinews.co.id – Sebuah akun di media sosial berinisial @kulipasarlegi menulis, “baru join langsung jadi ketua umum.”

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Alinea diatas dimuat dalam pojok “berita viral” Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka, 26 September 2023 dalam judul berita, Kaesang Nahkodai PSI.

Entah ini pertama kalinya terjadi dalam sejarah Republik Indonesia, bahwa seorang Kaesang anak Presiden baru Sabtu lalu menjadi Anggota Partai yang berlambang Bunga Mawar itu, beberapa hari berikutnya sudah menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yakni pada hari Senin 25 September 2023, saat Kaesang menyampaikan Orasi Politiknya dalam Kopi Darat Nasional PSI (Partai Solidaritas Indonesia).

Catatan Supratman dalam Vox Populi Rakyat Merdeka, menulis judul “Rekor Kaesang dan Changer.

Catatan ini intinya, (pertama) menguliti “ketakjuban” Rekor Kaesang sebagai sosok yg bisa jadi Ketum PSI dalam selang waktu tiga (3) hari setelah ke keanggotaannya di PSI, luar biasa !? Hal lain ditemukannya benang merah yang bisa menjadi “game changer”, yakni terhadap putusan MK mengenai syarat usia Capres/Cawapres.

Jika seandainya saja Putusan MK menerima batas umur bawah atau 35 tahun seperti maksud gugatan PSI yang diperkarakan di MK, maka putusan tersebut bisa memberi peluang Gibran Rakabuming Raka untuk menjadi Cawapresnya Prabowo. Putusan ini bisa mengubah arah permainan untuk 2024, sekaligus bisa merubah peta politik kedepan.

Saya melihat opini – Catatan Supratman diatas tidak lain sebagai respon atas opini opini publik sejalan dengan fakta politik yang berkembang sejak cawe cawe politik Presiden Jokowi terhadap copras capres 2024 mendatang yang mendapat perhatian pro kontra publik tanah air.

Dinasti Politik dan Setting Kepentingan Partai

Mengawal dan mengisi perjalanan demokrasi dalam arti sesungguhnya, tentu bukan dimaksudkan sebagai kegilaan demokrasi (Democrazy) seperti yang berkembang saat ini, menjadi transaksional dalam setting Oligarkhi dan kepentingan lainnya dari para bandar politik.

PSI lahir 16 November 2014 sebagai partai anak muda tentu membawa angin segar dalam kancah politik nasional. Namun dalam perjalanan keikutsertaan dalam proses Pemilu 2019, PSI justru sama sekali tidak mendapat respon publik khususnya dikalangan milineal-pemuda saat itu sehingga PSI tidak lolos masuk ambang batas DPR RI Senayan.

Sekalipun tidak lolos masuk Senayan, namun anggota DPRD PSI cukup memberikan polical game yang menarik perhatian publik, khusus di DPRD DKI dalam mengkritisi berbagai program kebijakan Gubernur Anies Baswedan, dari soal banjir, sumur resapan, jalur sepeda dan trotoar, soal anggaran ATK, Formula E dll.

Entah ini ini menjadi bagian strategi interen politik PSI untuk menguatkan memori publik tentang partai ini, juga bisa jadi sebagai bentuk koalisi atau aliansi politik dalam platform bersama dengan pihak lain. Inilah kemudian kehadiran partai ini di DPRD DKI dibaca publik sebagai persekongkolan lebih luas dalam ”setting penguasa” dalam menjegal program Anies Baswedan sebagai gubernur DKI Jakarta yang justru semakin hari kepopulerannya makin direspon publik Jakarta sukses sebagai gubernur.

Massifnya perseteruan PSI vs Anies Baswedan yang tampak dalam political game anggota partai PSI, bersamaan kuatnya arus di balik ngototnya PDIP dan PSI menggulirkan Interpelasi Formula E. Semakin terbaca oleh publik bahwa PSI berhubungan langsung dalam lingkaran kekuasaan PDIP, Megawati dan Jokowi. PSI kemudian di klaim publik sebagai PDI-P U23.

Seiring waktu, kemesraan PSI dan Jokowi semakin terlihat di ruang publik. Di mana mana poster dan Billboard PSI bergambar Jokowi hadir bersamaan menyertai cawe cawe Jokowi dalam kontestasi politik pemilu 2024.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *