Di Kendeng juga begitu. Rakyat menolak kehadiran Pabrik Semen Gresik di sana krn mengganggu resapan air. Kedua proyek ini melanggar UU pertambangan dan lingkungan. Ketika pecah kasus Wadas, para petinggi PDI-P ramai-ramai mengecam Ganjar. Ideologi Marhaenisme yang diklaim Ganjar makin meragukan krn selama 10 tahun memimpin, Jateng tetap merupakan provinsi termiskin di Pulau Jawa.
Pendapatan rata-rata rakyat di sana msh di bwh rerata nasional. Fakta ini membuat sebagaiian orang ragu pada kepemimpinan Ganjar. Dalam salah satu videonya, ia menyatakan politik itu pencitraan. Keyakinan pada konsep politik inilah yang membuat ia lebih sibuk di medsos untuk membangun citra kerakyatan. Dan dia berhasil.
Dukungan Jokowi dan PDI-P sebagai parpol wong cilik menguatkan citra Ganjar sebagai tokoh kerakyatan. Apalagi Ganjar — sebagaim juga Prabowo — mengaku akan melanjutkan legacy dan program pembangunan Jokowi meskipun banyak kebijakannya menuai kritik luas krn membahayakan negara.
Ketiga, karakter intelektual dan santun yang diwakili Anies Baswedan. Menurut hasil survey Litbang Kompas, selain karakter tegas dan kerakyatan, antusiasme rakyat pada tokoh intelektual baru muncul pada pilpres kali ini. Pendukung Anies adalah kelas menengah atas dan berpendidikan tinggi.
Intelektualitas Anies diakui oleh kawan maupun lawan Dalam negeri. Bahkan, ia juga dihormati lembaga-lembaga internasional yang prestisius. Kapasitas intelektual dan kepemimpinan Anies selama lima tahun memimpin Jkt tercermin pada legacy-nya. Tak heran, hingga kini apresiasi warga ibu kota atas kinerjanya ckp tinggi. Selain infrastruktur yang berkeadilan sosial, terobosan-terobosan Dalam kebijakannya di bidang sosial-perkotaan juga kinclong.