Kultum 233: Belum Percaya Hidup Sesudah Mati?

Belum Percaya Hidup Sesudah Mati?
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.co.id – Dalam kehidupan dunia yang fana ini, banyak sekali orang yang bertanya bagaimana secara ilmiah bisa diyakini bahwa ada hidup sesudah mati. Kebanyakan orang menganggap bahwa mereka yang percaya pada hari akhir adalah orang dengan kepercayaan buta, tanpa alasan. Padahal, kepercayaan tentang kehidupan akhirat itu justru didasarkan pada pendapat yang sangat logis.

Salah satu ayat yang menunjukkan bahwa kehidupan dunia itu bersifat sementara sedangkan akhirat itu kekal adalah sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an,

يٰقَوْمِ اِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ ۖ

وَّاِنَّ الْاٰخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

Artinya:

Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal (QS. Ghafir, ayat 39).

Memang untuk sampai pada logika bahwa hari akhir adalah kepercayaan yang masuk akal, kita perlu berpikir jernih ke arah itu. Pertama, secara Islami ada ratusan ayat dalam Al-Qur’an yang menyebutkan fakta-fakta ilmiah. Sudah banyak fakta-fakta yang disebutkan dalam Al-Qur’an telah dibuktikan dalam beberapa abad terakhir ini.

Namun ilmu pengetahuan (manusia) belum sampai ke level yang paling maju untuk mengkonfirmasi setiap pernyataan dalam Al-Qur’an tersebut. Misalnya saja 80% dari semua yang disebutkan dalam Al-Qur’an telah terbukti 100% benar. Namun, sisa yang 20% belum dikategorikan secara ilmiah sebab belum adanya kemajuan dalam teknologi tersebut untuk membuktikan benar-tidaknya pernyataan sebanyak dalam 20% kandungan Al-Qur’an tersebut.

Lebih jelasnya, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kita miliki, kita tidak bisa mengatakan bahwa satu persen atau satu ayat dalam Al-Qur’an dalam porsi yang 20% ini salah. Sebaliknya, justru ketika 80% isi Al-Qur’an sudah dibuktikan 100% benar, dan 20% isi Al-Qur’an tersebut belum bisa dibuktikan, logika bisa mengatakan bahwa pasti yang 20% itu juga benar.

Repotnya, eksistensi tentang akhirat yang disebutkan dalam Al-Qur’an itu termasuk ke dalam porsi yang ke 20% yang secara logika (dalam ilmu manusia) masih dalam posisi hipotesis bahwa itu benar. Tapi, mari kita beranalogi sebagi berikut. Konsep kedamaian dan nilai-nilai kemanusiaan tidak berguna tanpa konsep hari akhir.

Misalnya saja, ada pertanyaan “apakah perampokan itu adalah tindakan yang baik atau jahat?” Seorang yang normal akan mengatakan bahwa itu adalah perbuatan yang jahat. Lantas, bagaimana seorang yang tidak percaya pada hari akhir percaya dan yakin bahwa tindak kriminal perampokan adalah kejahatan?

Misalkan saja, saya menjadi seorang kriminal yang sangat kuat dan berpengaruh di dunia, dan saya adalah seorang yang pintar dan logis. Saya mengatakan bahwa perampokan itu baik karena membantu kita mendapatkan hidup layak bahkan mewah. Jadi merampok itu baik—sekali lagi—untuk saya.

Jadi jika ada seseorang yang bisa memberikan satu argumen yang logis mengapa merampok itu suatu kejahatan atau hal yang buruk bagi saya, maka saya akan berhenti melakukannya. Orang biasanya menyampaikan argumen dengan mengatakan bahwa “seseorang yang dirampok akan menghadapi kesulitan ataupun masalah”.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *