Cemas Jatah Beras

Cemas Jatah Beras
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Abdul Kohar, Dewan Redaksi Media Group

Hajinews.co.id – RAK-RAK khusus beras di sejumlah toko di Jakarta dan sekitarnya hampir kosong. Sejumlah toko pun membatasi konsumen hanya boleh membeli beras 10 kilogram dalam sehari. Selain langka, harga pangan mayoritas rakyat Indonesia itu pun terus membubung. Pembatasan dilakukan agar konsumen beras mendapat jatah merata.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jangan salah, itu bukan situasi tahun 1960-an saat kelangkaan pangan melanda negeri ini. Laporan di atas ialah fakta hari ini, atau enam dekade kemudian, saat negeri yang dikenal sebagai lumbung padi ini dipukul limbung oleh kelangkaan beras dan mahalnya harga pangan pokok.

Di sejumlah ritel modern, rak-rak khusus beras premium yang biasanya penuh dengan berbagai jenis beras, saat ini hanya terlihat satu jenis beras premium. Stok beras di rak juga banyak yang mulai kosong. Petugas toko mengatakan akhir-akhir ini stok beras sedang kosong. Dia bilang sudah sekitar dua pekan beras susah didapat. Tidak ada jalan lain, penjatahan pun dilakukan.

Harga beras sudah naik lebih dari 30% dalam dua bulan terakhir, dari sekitar Rp12 ribu per kg menjadi hampir Rp15 ribu per kg. Persediaan beras di gudang-gudang Bulog terus menipis. Pada saat bersamaan, pasokan beras dalam negeri dan beras dari luar negeri juga amat minim.

Di dalam negeri, sejumlah petani gagal panen karena bencana kekeringan. Di luar negeri, sejumlah negara pemasok beras utama dunia juga menyetop atau mengurangi keran ekspor. India, salah satu pemasok beras terbesar di dunia, menyetop ekspor beras nonbasmati ke seluruh dunia demi mengamankan pasokan dalam negeri mereka. Thailand dan Vietnam mulai mengurangi pasokan juga.

Badan Pusat Statistik (BPS), saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi tahun 2023, sudah memprediksi akan terjadi defisit beras di dalam negeri. Jumlah kekurangan itu sebanyak 0,09 juta ton di September dan 0,27 juta ton pada Oktober. Mengkhawatirkan bukan? Apalagi, beras itu urusan perut, hal yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.

Produksi beras di dalam negeri diperkirakan hanya sebanyak 2,46 juta dan 2,28 juta ton. Padahal, konsumsi beras diperkirakan 2,55 juta ton per bulan. Dalam beberapa bulan ke depan hingga awal 2024, BPS memprediksi produksi beras akan memasuki level terendah jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

Situasi ini sebenarnya bukan sesuatu yang tiba-tiba. Gejalanya sudah diwanti-wanti jauh-jauh hari, bahkan hampir setahun yang lalu. Karena itu, kata teman saya, menuding El Nino dan seretnya setok beras global sebagai kambing hitam sejatinya bentuk ngeles atas ketidakmampuan mengatasi keadaan.

Situasi mundur 60 tahun ke masa lampau ini, tukas sang teman, ialah cermin kegagalan menyiapkan perencanaan. “Jangan-jangan, memang tidak ada antisipasi dan mitigasi? Sepertinya business as usual,” tandas sang teman yang kerap meneliti soal pangan rakyat ini.

Saya sepakat dengan analisis itu. Dalam pandangan saya, ada orkestrasi yang tidak mulus dari para pemangku kebijakan bidang pangan. Kondisi ini diperparah oleh data perberasan yang tidak kunjung bisa disatukan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *