Allah memperingatkan agar manusia menjauhi tiga kategori kezaliman itu (al-Nahl: 90). Daritiga nafsu; syahwat, ghadhab dan al-hawa inilah menurut Al-Razi, semua perangai buruk (akhlâq al-qabîhah) manusia itu bersumber. Batas akhlak terburuk syetan adalah membisikkan (al-waswasah). Adapun batas akhlak terburuk manusia adalah hasad (al-hasd) orangnya disebut hâsid. Bahkan menurut Al-Razi ada yang berpendapat bahwa: “al-hâsid asyarr min iblis“, orang hasad itu lebih jahat dari pada Iblis.
Dari penjelasan di atas dapat dintisarikan, bahwa hakikat manusia terdiri dari beberapa elemen mendasar :
Pertama, adanya persenyawaan unsur jasadi dan ruhani melekat pada diri manusia.
Kedua, unsur jasad berasal dari tanah lalu mati dan unsur rohani dari ruh ciptaan Allah tidak mati.
Ketiga, unsur jasad memiliki indera tersusun paling indah dan sempura dibanding makhluk lain.
Keempat, dalam elemen jasad terdapat unsur syahwat, ghadhab dan al-hawâ.
Kelima, ada unsur fisik, ruh, intelek (aql), jiwa (nafs), hati (qalbu) dengan fungsinya masing-masing.
Keenam, baik jasad maupun roh keduanya adalah makhluk ciptaan Allah, dan pada akhirnya kembali kepada-Nya.
Ketujuh, dalam diri manusia terdapat elemen llahiyah, mulkiyah, dan insaniyah.
Lima Terma (Sebutan) Manusia Dalam Al-Qur’an
Al-Quran memperkenalkan lima terma utama mengacu pada mana pokok manusia, al-Basyar, al-Insân, al-Insa, al-Nâs, dan Bani Adam. Penggunaan kelima terma itu secara eksplisit dan implisit memiliki makna sangat penting. Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan makna kata (semantic), kita harus memahami dalam konteks apa manusia disebut dengan terma al-Basyar maupun terma al-Insân, dan al-Insa, dan dalam konteks apa pula manusia disebut dengan terma al-Nâs maupun terma Banî Adam. Sebab masing-masing dari kelima terma tersebut memiliki stressing dan aksentuasi makna tersendiri di mana satu terma dengan terma lainnya saling melengkapi dan menyempurnakan. Sehingga kelima terma tersebut merupakan satu kesatuan integral yang tidak terpisahkan yang mendeskripsikan manusia secara holistic dan komprehensif. Ole karena itu, memahami manusia dalam lima terma ini menjadi sangat penting untuk dijadikan paradigma dalam membangun manusia secara utuh (Insân Kâmil).