Berbagi Pengalaman Redakan Konflik, Jusuf Kalla Bertemu Juru Damai Sedunia di Belgia

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.id – Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla (JK) yang juga Ketua Dewan Kehormatan, Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI, menjadi pembicara dalam forum The Fifth EU Community of Practice on Peace Mediation (EU CoP) di Brussels, Belgia, Rabu (18/10/2023). Di sana, JK membagikan pengalamannya meredakan beberapa konflik yang pernah terjadi di Indonesia.

Kegiatan yang diprakarsai The European External Action Service-Peace, Partnerships and Crisis Management Directorate (PCM) Brussels Belgia berlangsung pada 18-19 Oktober 2023. Selain JK forum ini juga menampil Peter Wagner dan
Bendikta von Seherr Thoss dari Uni Eropa serta Sergio Jaramillo Caro yang merupakan mediator perdamaian dari Kolumbia.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Perdamaian Konflik Israel dan Palestina
Pangeran MBS Diprediksi Jadi Kunci Perdamaian Konflik Israel dan Palestina
Menjadi pembicara pertama, Jusuf Kalla menjadikan perundingan Aceh, sebagai pelajaran selain kisah sukses perdamaian Poso dan Ambon. JK membagikan pengalamannya sebagai mediator serta menekankan pentingnya seorang mediator membangun kepercayaan dari para pihak.

“Selain itu mediator bersikap netral dan punya keberanian karena seorang mediator dibutuhkan juga untuk terjun langsung ke lapangan. Tidak hanya berunding di dalam ruangan saja. Tanpa kepercayaan, netralitas serta keberanian, seorang mediator akan kesulitan mengemban tugasnya dalam mendamaikan sebuah konflik,” katanya dikutip Kamis (19/10/2023).

Lebih lanjut, JK menyampaikan pengalamannya ketika mendamaikan Aceh dengan tidak melakukan gencatan senjata. Menurut JK, gencatan senjata dapat disalahgunakan pihak bertikai untuk menumpuk kekuatan baru.

Karena itu, baginya gencatan senjata tidak termasuk dalam formula damai yang diterapkannya. Tetapi menurut JK perdamaian harus selalu diikuti dengan pelucutan senjata.

“Sebab selama senjata masih beredar maka sulit melanggengkan perdamaian, mengingat senjata lah yang digunakan untuk saling membunuh. Itu lah sebabnya perdamaian Aceh diakhiri dengan pemusnahan sekitar 900 puncuk senjata dari pihak GAM yang pelaksanaannya diawasi oleh AMM (Aceh Monitoring Mission) dari Uni Eropa,” ujarnya.

“Dengan kompensasi penarikan 30 batalion pasukan TNI sebagai tanda kesungguhan kedua pihak untuk berdamai. Setiap pemotongan 300 pucuk senjata GAM diikuti dengan pemulangan 10 batalion pasukan TNI. Setelah total 900-an pucuk senjata berhasil dipotong, sebanyak 30 batalion pasukan TNI pun berhasil dipulangkan dari wilayah Aceh saat itu untuk kembali ke pangkalannya masing-masing,” katanya.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *