Jokowi-Gibran Segalanya??? Atau Indonesia?!

Jokowi-Gibran Segalanya
Jokowi-Gibran
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Erros Djarot, budayawan.

Hajinews.co.id – Jokowi adalah Presiden RI yang sangat banyak menuai pujian. Kerja nyatanya membangun negara agar menjadi lebih baik dan tampil secara fisik lebih memukau, membuat rakyat begitu mengaguminya . Bahkan banyak yang memberikan acungan dua jempol untuk kerja pembangunan material-fisik (ansich) yang dapat dilihat secara nyata, bukan wacana. Presiden Jokowi pun menjadi people darling yang setiap berkunjung ke seluruh penjuru negeri, sangat dielu-elukan oleh rakyat setempat. Ia disanjung dan dipuja secara luar biasa.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Namun dalam perjalanan kepemimpinannya, ketika puja-puji cenderung berkembang ke arah kultus individu, rasanya sangat perlu untuk dikritisi secara serius. Karena, pengkultusan ini ternyata berpotensi membunuh akal sehat dan kejernihan berpikir sebagian besar rakyat belakangan ini. Banyak yang seakan lupa bahwa Jokowi hanyalah manusia biasa. Sebagai manusia biasa, Jokowi pun pasti juga tidak luput dari kesalahan. Baik kesalahan tak disengaja, maupun kesalahan yang secara sadar dilakukan karena harus dijalankan untuk tujuan tertentu.

Misalnya dalam beberapa kasus, sekalipun beliau sudah diingatkan untuk jangan dilakukan, tapi tetap saja dijalankan. Karena sudah sangat yakin bahwa setiap langkah politiknya, pasti akan didukung penuh oleh rakyat. Sudah terbangun begitu kokoh kepercayaan diri Presiden Jokowi karena saking seringnya mendengar suara-suara yang menjamin bahwa dirinya adalah seorang pemimpin rakyat yang menjadi ‘people darling’, pujaan rakyat. Sehingga terbangun lah keyakinan bahwa apa pun yang dilakukannya, rakyat akan mendukungnya dan membenarkannya sebagai langkah yang pasti benar dan baik untuk membawa Indonesia menjadi lebih maju.

Kemungkinan keyakinan inilah yang membuat diri seorang Jokowi hari ini terkesan sebagai sosok yang ‘untouchable’. Tercermin dalam perilaku politiknya yang kian terasa sangat ‘over convident’. Sehingga menunjukkan gejala yang bisa mengantarkan dirinya sebagai pemimpin yang bisa menepuk dada dan berujar…Le ‘etat ce moi, Negara adalah saya! Satu kondisi kejiwaan yang sering menggoda dan membawa seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan super besar, menjadi lupa bahwa di atas langit masih ada langit.

Dalam kaitan negara, di atas diri seorang Presiden masih ada rakyat yang selamanya tidak bisa dikurung dalam kegelapan. Dan pada saat sinar terang datang mengusir kegelapan, maka ruang kegelapan itu akan berpindah tempat. Bukan lagi di ruang kehidupan rakyat, tapi sang pemimpin lah yang bakal terkurung dalam kegelapan yang akan mengakhiri kekuasaan dan kejayaannya. Tragedi seperti ini bisa kita temui dalam sejumlah catatan sejarah kekuasaan politik dari para pemimpin besar di dunia. Contoh paling ekstrim adalah riiwayat kekuasaan seorang Hitler, sang diktaktor yang kekuasaannya berakhir dengan sangat tragis.

Contoh yang disodorkan ini memang sangat ekstrem dan tidak pas bahkan sangat jauh untuk dijadikan bahan perenungan ketika saat menyoal masalah kekuasaan Jokowi dan Indonesia hari ini. Tapi dengan menyodorkan contoh yang sangat ekstrem ini, merupakan harapan terbangunnya kesadaran para elite penguasa di negeri ini untuk melakukan perenungan di ruang kontemplasi dan bertanya pada diri; Indonesia yang seperti inikah yang kita harapkan dan impikan?

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *