Daftar Donatur Palestina
Oleh: Iswan Noor
Hajinews.co.id – Perang itu tipu daya. Jadi bisa saja lakon Megawati vs Jokowi yang dinarasikan telah terjadi perang bharatayuda, sesungguhnya cuman kepura-puraan saja untuk mengelabui rakyat.
Bahwa Jokowi dan Prabowo itu pengkhianat Megawati. Padahal, justru PRABOWO itu yang pernah dikhianati Megawati saat perjanjian batu tulis disepakati tahun 2014 dibuat yaitu bahwa PDIP akan mendukung PRABOWO jadi presiden di pilpres 2019 itu.
Tapi nyatanya Megawati tetap berpihak pada Jokowi, bukan? Bisa saja di pilpres 2024 kejadian sama terulang. Bagaimana mana misalnya bila ada skenario Gibran memang digagalkan nyapres bersama Prabowo karena menurut KPU tak memenuhi syarat? Artinya Prabowo akan ditinggalkan Jokowi dan Jokowi pasti akan balik ke kandang aslinya, kandang Bantengnya.
Bahkan kata mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, pencawapresan Gibran itu sebenarnya sebuah proses pemaksaan dan ancaman dari MK. Mana mungkinlah seorang jenderal TNI yang cerdas bisa sedangkal itu pilihan strategisnya. Kata Gatot, Prabowo saat itu diancam. Dia diminta mencawapreskan Gibran atau dia gagal ikut pilpres via keputusan MK lainnya yang akan menerima syarat usia maksimum pilpres adalah 70 tahun.
Dalam dunia politik, apalagi perang perebutan kekuasaan, praktek tipu-tipu seperti hal yang biasa terjadi. Bahkan dalam islam ada dijelaskan nabi SAW bahwa perang itu adalah tipu daya. Artinya, tipu daya untuk mengalahkan musuh orang beriman itu, boleh-boleh saja. Masalahnya sekarang, siapa orang beriman ya dan siapa orang tidak berimannya itu?
Itulah sebabnya mengapa kita harus tambah yakin, bahwa makar Allah itu jauh lebih sempurna daripada makar mereka. Dan yang sedang berjalan saat ini sebenarnya adalah makar Allah.
Dua hal yang tak bisa dikuasai para politisi itu, waktu dan pencipta waktu…
Biarlah waktu yang akan menyingkap segala tabir, meskipun tabir itu ditahan sedemikian rupa, sang maha pencipta waktu akan menentukan akhir dari semuanya.
Wallahu a’lam
