Kecemasan Menuju Transisi Politik 2024

Kecemasan Menuju Transisi Politik 2024
Adi Suryadi Culla, Dosen Fisip Universitas Hasanuddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Adi Suryadi Culla, Dosen Fisip Universitas Hasanuddin

Hajinews.co.id – Tiada kekuasaan yang langgeng. Semua ada masanya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Bagaikan membenarkan ucapan Heraklitos: “panta rhei kai uden menei” (semuanya mengalir dan tidak ada ada sesuatu pun yang tetap).

Tidak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri.

Karena itu, bagi siapa pun jika sedang berkuasa, harus menerima kenyataan bahwa ia akan berakhir.

Sisa menjadi pertanyaan, apakah kekuasaanya berakhir dengan baik atau berujung tragis.

Tergantung cara ia mengelola kekuasaan terutama di penghujung periode jabatan.

Terus terang saya sedikit khawatir, bahkan ragu, justru itu saya berusaha menghapus keraguan itu, jika berhadapan suatu perubahan atau transisi kekuasaan sedang akan terjadi.

Karena banyak pengalaman sejarah seringkali tidak terduga.

Ada banyak kasus transisi kekuasaan terlewati, ada yang mulus, tapi ada juga yang disertai goncangan konflik besar bahkan destruksi.

Khusus di Indonesia, rasanya masih hangat dalam ingatan saya dan generasi saat itu mengalami langsung transisi politik dari Orde Baru ke era Reformasi yang diwarnai peristiwa kerusuhan dan bahkan menelan korban jiwa.

Kita berharap semoga tidak terulang jalan transisi serupa jatuhnya reaim Soeharto (Orde Baru).

Masuk ke era reformasi beberapa kali terjadi kecemasan, diawali transisi kekuasaan dari era Soeharto ke era Habibie. dari Habibie ke Abdurrahman Wahid, seterusnya ke era Megawati Soekarnoputri.

Selanjutnya, hasil pemilu langsung ke SBY (Soesilo Bambang Yudoyono) dan ke Joko Widodo.

Masing-masing SBY dan Jokowi, mengamali dua kali pemilu sebagai incumbent – keduanya menjabat dua periode, memenangkan hasil Pilpres.

Untung semua transisi pasca Soeharto, berjalan dalam konsolidasi demokrasi yang terkendali.

Jika Sampai Waktunya

Rezim kekuasaaan itu laiknya sebuah sistem atau struktur bangunan.

Bisa berdiri kokoh, namun bisa pula retak bahkan roboh.

Kalau strukturnya solid, rezim itu berlanjut. Jika pecah, maka ia akan patah atau rontok – jika bukan di tengah jalan bisa jadi di penghujung.

Rezim itu tergantung pada dukungan struktur yang menjadi penyangganya.

Banyak kasus terjadi ketika penyangga rezim tak lagi konvergen, nasib tragis bisa dialami di ujung perjalanannya ketika rezim itu akhirnya runtuh.

Tragedi keruntuhan rezim Orde Baru menjadi pelajaran berharga, ketika dihadapkan gelombang protes rakyat, ketika strukturnya di ujung waktu mengalami divergensi atau gerak sentripetal.

Padahal di perjalanan struktur itu pernah sedemikan perkasa lebih dari 32 tahun.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *