Salah satu cara untuk bisa sampai kepada pemahaman bahwa “Allah Subhanahu wata’ala mempunyai tangan”, adalah dengan perumpamaan atau amsal (atau amtsal, bentuk jamak dari misal atau mitsal). Jadi ungkapan bahwa “bumi akan digenggam dengan tangan-Nya” itu merupakan sebuah perumpamaan. Perumpamaan demikian ini sangat banyak terdapat dalam Al-Qur’an, sebagaimana friman Allah,
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِيْ هٰذَا الْقُرْاٰنِ
لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍۗ
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini dengan bermacam-macam perumpamaan (QS. Al-Kahfi, ayat 54).
Jadi, memang Allah sendiri juga seringkali menyampaikan wahyu-Nya dengan menggunakan berbagai perumpamaan atau per-misal-an. Di dalam ilmu balaghah, lebih spesifiknya adalah ilmu stilistika atau sylistics, perumpamaan itu bertujuan untuk mengatakan bahwa makna yang dimaksudkan “lebih dalam dan lebih luas” dari makna yang sekedar berdasarkan makna tertulis, makna leksikal, atau makna kamusnya.
Memang pada poin inilah biasanya manusia itu ‘ngeyel’ atau ‘eyel-eyelan’ tentang makna yang dimaksudkan. Jadi, sebagaimana kelanjutan ayat tersebut,
وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
Artinya:
Dan memang manusia adalah dalam kebanyakan hal membantah (QS. Al-Kahfi, ayat 54). Wallahu a’lam.
Semoga sedikit yang kita baca ini bermanfaat bagi kita semua, dan kalau sekiranya bisa memberi manfaat bagi yang lain, mari kita share kultum ini kepada sanak saudara dan handai taulan serta sahabathhh semuanya, semoga menjadi jariyah kita semua, aamiin.
اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sumber : Ahmad Idris Adh. —ooOoo—