Kisah Cicak, Semut dan Burung Pipit Melihat Api Membakar Nabi Ibrahim

Api Membakar Nabi Ibrahim
Api Membakar Nabi Ibrahim
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Kemudian Allah berfirman;

Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS. Al Anbiya : 69)

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ibnu Abbas mengatakan, ‘Andai Allah tidak berfirman, “Dan penyelamat bagi Ibrahim”, tentu dinginnya api tersebut membahayakan Nabi Ibrahim.’

Setelah beberapa hari berada dalam kobaran api, kemudian Allah perintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk keluar dan agar tidak berbicara sepatah katapun kepada orang-orang yang menyaksikan pembakaran itu ketika berjalan keluar.

Seluruh orang yang menyaksikan merasa kebingungan dengan apa yang mereka lihat. Hanya pengikat tangan saja yang terbakar, sedangkan Nabi Ibrahim tampak sehat dan segar.

Kaumnya pun kebingungan. Mereka hampir tidak percaya dengan apa yang telah mereka saksikan.

Demikianlah tanda-tanda dari kebesaran Allah, apabila Dia berkehendak, maka tidak ada sesuatupun yang mampu menolaknya.

Setelah melihat mukjizat itu, lagi-lagi hanya sedikit yang meyakini dengan ajaran yang dibawa Nabi Ibrahim. Ayahnya pun mengakui kehebatan mukjizat tersebut namun masih enggan untuk beriman.

Kisah Cicak, Semut, dan Burung

Kisah lain dari peristiwa disampaikan oleh Imam Bukhari dalam sebuah riwayat tentang perintah Rasulullah untuk membunuh Cicak, karena ia ikut meniup api untuk membakar Nabi Ibrahim, padahal binatang melata lainnya berusaha untuk memadamkan apinya.

Saat dalam kobaran api besar yang memusnahkan, terdengar seruan, “Kami berfirman, ‘Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya [21]: 69).

Di balik kejadian tersebut, nyatanya ada beberapa spesies hewan yang terlibat. Hewan-hewan yang dimaksud adalah Cicak, semut, dan burung. Di antara hewan-hewan itu ada yang berpihak pada Nabi Ibrahim dan ada yang berpihak pada kaum kafir.

Semut misalnya, ia dengan susah payah berlari ke membawa butiran air dengan mulutnya untuk memadamkan api yang mulai menyelimuti tubuh Nabi Ibrahim. Melihat usaha semut tersebut, seekor burung justru nyinyir dan meragukan apa yang dilakukan semut.

Wahai semut, tidak mungkin setetes air yang ada di mulutmu akan mampu memadamkan kobaran api yang sangat besar itu,” kata si burung.

Memang benar air ini tidak akan mampu memadamkan api itu. Tapi ini kulakukan paling tidak semua akan melihat bahwa aku berada di pihak yang mana,” kata semut menjawab.

Di sisi lain, Cicak justru berusaha meniup api dan memperbesarnya sehingga ia dengan gamblang berpihak pada kezaliman.

Apa yang dilakukan cicak ini dikatakan dalam sebuah hadis, “Dahulu, cicaklah yang meniup dan memperbesar kobaran api yang membakar Ibrahim.” (HR. Muslim).***

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar