Rasulullah SAW sebagai makhluk Allah yang paling mulia tidak pernah menempatkan Sayidina Umar dalam posisi pesakitan. Rasulullah SAW tidak pernah mengungkit-ungkit kesalahan-kesalahan Sayidina Umar sebelum masuk Islam. Dengan demikian pintu orang untuk berbuat baik sangatlah terbuka. Tinggal bagaimana kita menyikapi kebaikan itu sendiri.
Seringkali orang yang sudah bersalah, dan secara hukum duniawi telah dinyatakan bersalah oleh lembaga pengadilan, selalu dipandang sebagai orang yang patut dicurigai. Sedikit saja ada masalah yang mirip dilakukan orang tersebut selalu dilihat sebagai kesalahan yang patut diduga dilakukan lagi oleh orang tersebut. Padahal bisa jadi ada orang yang sengaja melalukan perbuatan tersebut, lantaran ingin memojokkan orang yang dianggap pernah bersalah tersebut.
Lantas secara membabi buta bahwa orang itu selalu ditempatkan pada posisi yang bersalah terus menerus.
Manusia adalah makhluk Allah yang dhaif. Kecuali Rasulullah, setiap manusia memiliki sisi negatif. Dan memiliki kesalahan merupakan sunnatullah, sudah ketentuan Allah Karena itu tidak layak apabila seseorang terus menerus ditempatkan pada posisi yang bersalah. Sebab, Allah sendiri adalah Rab yang Maha Pengampun.
Menempatkan seseorang pada posisi salah terus menerus memang bukan suatu yang bijak. Sebab, pada hakikatnya di dalam diri manusia ada sisi baiknya. Begitu juga tokoh-tokoh yang ada sekarang ini pasti memiliki sisi baik dan sisi buruk. Tinggal bagaimana kita menyikapnya, apakah memang kita akan terus menerus memandang dari sisi buruknya, atau pada akhirnya kita tinggalkan sisi buruknya untuk kita melangkah ke depan yang lebih baik.