Para Istri yang Menguasai Penguasa

Para Istri yang Menguasai Penguasa
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Hamid Awaludin, Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Hajinews.co.id – SIAPA bilang wanita adalah kaum lemah? Siapa bilang wanita adem-adem saja dalam politik dan kekuasaan? Mereka sangat dahsyat. Luar biasa.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Setidaknya, beberapa contoh first lady di dunia, menunjukkan bahwa wanita itu memiliki pengaruh luar biasa dalam pengelolaan politik dan kekuasaan.

Kita mulai dari Uganda, Afrika. Yoweri Kayuta Museveni, telah berkuasa selama 30 tahun lebih. Istrinya, Janet Museveni, kini menjadi Menteri Pendidikan dan Olah Raga negeri itu.

Pernah menjadi anggota parlemen. Sang first lady menjadi pengatur segala siasat kekuasaan dan politik.

Apa yang diputuskan oleh presiden adalah reflekasi keputusan Janet. Segalanya harus keluar dari dan masuk ke genggaman sang istri.

Ia adalah wanita terkaya sekarang di Afrika. Keperkasaannya dalam bidang politik dan pemerintahan, berbanding lurus dengan keperkasaannya di bidang ekonomi.

Kita ingat musim semi Arab pada 2011. Semuanya bermula dari Tunisia, negeri yang diperintah oleh Zine El Abidine Ben Ali selama 21 tahun, dengan sistem pemerintahan super otoriter. Rakyat muak dan mengamuk.

Ben Ali dirontokkan. Tatkala tak mampu lagi mengendalikan rakyatnya sendiri, ia harus naik pesawat bersama keluarganya, terbang ke pengasingannya di Saudi Arabia.

Di tangga pesawat, istrinya, first lady, Laila Ben Ali, memaki-makinya: “Kamu bukan lelaki. Tidak mau melawan. Tak mampu menunjukkan keperkasaanmu. Bukannya kamu menghadapi mereka itu, tetapi kamu justru lari sebagai pengecut.”

Laila sangat dikenal sebagai pengatur segala hal ikhwal kehidupan Tunisia. Dari hulu ke hilir. Ben Ali hanya presiden de jure belaka. Presiden de facto adalah istrinya, Laila.

Keganasannya meraup keuntungan ekonomi bersama anggota dinasti keluarganya, terang benderang. Ia sendiri yang memimpin kelompok keluarganya yang beranggotakan sepuluh orang.

Bisnis perbankan di negeri itu di bawah genggamannya. Bisnis penerbangan dalam sakunya. Keagenan mobil dikendalikannya. Bisnis internet, radio, televisi dan industri menjadi miliknya.

Di sektor politik dan pengelolaan kekuasaan Tunisia, lebih galak lagi. Semuanya harus bermula dan berahir di tangan Laila.

Laila menjadi master mind dan sekaligus operator politik dan ekonomi bagi sepupu, ponakan, ipar dan anggota keluarganya.

Seorang penata rambutnya pernah mengatakan: “Laila itu menjalankan roda kehidupan di Tunisia, seperti seorang mafia yang melakukan pemerasan dan perampokan dari super market.”

Rakyat Tunisia dengan pedih menggambarkan ibu negara mereka: “Rakyat Tunisia tidak bisa lagi mengerti dan sangat membenci Laila, jauh melebih kebencian kami pada presiden Ben Ali, suaminya.”

Di Asia, kita banyak belajar dari kerakusan dan kelicikan seorang first lady, yakni Imelda Marcos di Filipina.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *