Disway: Doni Monardo

Doni Monardo
Doni Monardo
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dahlan Iskan

Hajinews.co.id – KETIKA bertemu lagi tahun lalu saya pangling. Ia terlihat lebih muda, segar, dan lebih gagah. Setelah bersalaman barulah saya ingat senyumnya: Letjen TNI Doni Monardo.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Saya lama memandangi wajahnya. Apa yang menyebabkan berubah. Waktu itu beliau hadir dalam acara pembukaan pabrik plastik ramah lingkungan berbahan baku singkong. Di Tangerang.

Beliau memberi ceramah tentang jahatnya plastik bagi lingkungan. Ada juga Ahok di situ.

Rupanya beliau melihat saya sedang heran mengamati wajah dan tubuhnya. “Rambut saya yang berubah, Pak,” kata Doni.

Benar. Itulah yang membuat Doni tampak lebih muda dan segar. Rambutnya lebat. Tidak lagi botak. Warnanya hitam. Tidak ada putihnya. Sisirannnya rapi, dengan ukuran rambut yang tidak terlalu pendek.

“Kalau Pak Dahlan mau, nanti saya kirimi obatnya,” katanya. Rupanya Pak Doni melihat rambut saya mulai menipis. Juga mulai terlihat botak di bagian dekat ubun-ubun. Sudah pula lebih banyak ubannya.

Seminggu kemudian saya menerima kiriman paket. Dari membaca nama pengirimnya saya sudah bisa menebak isinya: obat penumbuh rambut. Saya buka. Banyak sekali. Di botol-botol kecil ukuran sekitar 100 cc.

Saya pun memotret kiriman itu. Fotonya saya kirim ke beliau, dengan ucapan terima kasih. Saya berjanji untuk memakainya tanpa menyebut mulai kapan.

Janji itu belum saya penuhi. Sampai beliau meninggal dunia hari Minggu sore lalu dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata kemarin siang.

Anda sudah tahu: komandan upacara pemakaman itu adalah Kepala Staf TNI-AD yang baru: Jenderal Maruli Simanjuntak.

Maruli adalah junior Doni di Kopassus. Waktu Doni menjabat Danjen Kopassus, Jenderal Maruli masih letnan.

Waktu itu Doni punya program unggulan: anggota Kopassus-muda harus jadi juara di bidang masing-masing. Ada judo. Karate. Mendaki gunung. Dan banyak lagi.

Maruli adalah juara judo.

Lalu Pangdam Tanjungpura sekarang Mayjen TNI Iwan Setiawan juara mendaki gunung. Tim Mayjen Iwan membuat sejarah bagi Indonesia: berhasil mencapai puncak Everest. Bendera merah putih berkibar di sana. Kopassuslah pengibarnya.

Sebelum pertemuan di pabrik plastik ramah lingkungan itu saya bertemu Pak Doni di pusat pengendalian Covid-19. Beliau adalah panglima tertinggi pengendalian Covid-19. Beliau adalah kepala BNPB –Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Setelah menjalani berbagai tes saya diizinkan masuk ke ruang kerjanya. Itu adalah juga tempat tinggal beliau. Selama menjadi komandan pengendalian Covid-19 beliau tidak pernah pulang. Tidur di sebelah ruang kerja itu: tempat tidur lipat yang biasa dipakai di barak tentara. Waktu beliau habis untuk urusan Covid-19. Siang-malam.

Itulah Doni Monardo. Anak Minang yang lahir di Cimahi, dekat Bandung. Ayahnya tentara. Pindah-pindah. Pun Doni. Ia menyelesaikan SMA-nya di Padang. Lalu masuk akademi militer di Magelang. Angkatan 1985.

Pangkat terakhir Doni lebih tinggi dari peraih Adhi Makayasa tahun itu: I Made Agra Sudiantara. Doni bintang tiga. Made bintang dua.

Made juga tidak pernah jadi pangdam. Sedang Doni dua kali jadi pangdam: di Pattimura, Maluku dan di Siliwangi, Jawa Barat.

Made meninggal dunia di umur 50 tahun, sekitar 10 tahun lalu. Doni meninggal di usia 60 tahun 3 Desember tahun ini.

Di semua jabatannya itu Doni seperti habis-habisan. Namanya pun menjadi lebih besar dari jabatannya –untuk meminjam istilah Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf yang sebentar lagi pindah ke Jakarta menjabat Kaskostrad.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *