Dinasti Sultan versus Dinasti Jokowi

Dinasti Sultan versus Dinasti Jokowi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Namun, kemenangan Prabowo-Gibran yang nantinya bisa jadi melanggar norma-norma demokrasi atau dipersepsi karena cawe-cawe Jokowi, kemenangan itu akan mendapat tentangan dari masyarakat. Sehingga, paska pilpres suasana politik juga akan diwarnai berbagai ketegangan dan tidak stabil.

Penutup

Ade Armando telah melancarkan serangan terhadap Sultan Hamengkubuwono dan Kesultanan Yogyakarta sebagai politik dinasti. Sultan sudah menegaskan tidak ada permintaan maaf dari PSI secara langsung kepadanya. Meski PSI mengklaim telah meminta maaf melalui sekjend PSI yang bertemu Sultan beberapa hari lalu. Sultan Hamengkubuwono adalah pemimpin paling arif dan bijaksana yang masih hidup di Indonesia. Dia merupakan Sultan ke X sejak 1755 Kesultanan Yogyakarta berdiri. Keistimewaan kerajaannya diakui negara hanya karena dialah satu-satunya Sultan yang memberontak kepada Belanda sejak Sultan Pertama, Pangeran Mangkubumi, membela Indonesia ketika merdeka, melindungi pemerintahan Indonesia 1946 ketika diusir Belanda dari Batavia, dan lain sebagainya. Eksistensi Sultan telah disamakan Ade Armando dengan Gibran dan atau Jokowi, yang buruk dimata mahasiswa. (Bahkan, dalam kasus “Dinasti Jokowi”, BEM UGM memberi gelar Jokowi sebagai alumni UGM paling memalukanyang pernah ada.)

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Politik “Dinasti Jokowi” sesungguhnya adalah istilah “cawe-cawe” Jokowi yang ingin memperpanjang pengaruh politiknya dalam kekuasaan, karena gagal memperpanjang masa jabatan maupun kuasa 3 periode. Dalam pilpres, isu ini berhubungan dengan netralitas Jokowi. Namun, bagaimana Jokowi mau netral?

Dalam pandangan kaum oposisi, selama 9 tahun Jokowi telah mengabaikan demokrasi. Pemberangusan demokrasi dilakukan dengan memenjarakan aktifis-aktifis pro demokrasi, pemidanaan tokoh-tokoh hak asasi manusia, ulama dan bahkan pembunuhan politik terhadap anggota-anggota FPI.

Prabowo-Gibran kelihatannya akan menang pilpres, seperti proyeksi Professor Hendropriyono baru-baru ini. Bahkan, bisa jadi satu putaran sekaligus Gerindra pemenang pemilihan legislatif sebagaimana klaim Gerindra. Namun, jika kemenangan ini merupakan hasil kecurangan politik, maka dapat dipastikan stabilitas nasional akan terus tergoyang ke depan.

Klaim Ade Armando bahwa soal tuduhan politik dinasti bukan terkait pasangan Prabowo-Gibran, melainkan urusan Kesultanan Yogyakarta, memperkeruh suasana pilpres saat ini. Namun, klaim ini menunjukkan juga adanya soal-soal prinsipil terkait pemilu tidak jujur, yang perlu dihadang oleh rakyat. Entah bagaimana caranya?

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *